Janji

Janji… sesuatu yang mudah sekali untuk dibuat tapi terkadang sulit sekali untuk dipenuhi.

Saat memasuki usia baru gede, ingin sekali rasanya menghasilkan uang sendiri. Teman-teman banyak yang memiliki pekerjaan sambilan. Sepertinya enak juga punya uang jajan tambahan. Dengan penuh semangat resume disusun rapih dan selalu dibawa beberapa lembar di dalam tas sekolah. Begitu melihat ada toko yang mencari pegawai paruh waktu, dengan menahan sedikit rasa malu, masuk dan memberikan resume yang sudah disiapkan kepada sang manager.

Suatu sore, telepon berdering dan ternyata yang menghubungi adalah seorang wanita dari salah satu toko yang sedang membutuhkan pegawai paruh waktu. Singkat cerita, setelah melalui beberapa proses, pekerjaan itu pun akhirnya didapatkan.

Senang, gembira berbaur menjadi satu, pada saat itu dengan gampang sebuah janji terucap, “Tuhan, hasil pertama dari pekerjaan ini, semuanya untuk Tuhan!”

Satu hari, dua hari, tiga hari, ternyata pekerjaannya sangat melelahkan. Setelah merasakan lelahnya, tidak rela rasanya kalau memberikan semuanya ke Tuhan. Wishlist pun mulai disusun, mau beli ini itu banyak sekali..

Hmmmh, saatnya untuk bernegosiasi, terlintas di pikiran saat itu, “Koq… hmmmh, ya udah deh abis telanjur janji, buat Tuhan hasil hari pertama aja yaaaa.” Sebenernya di dalam hati berasa kurang srek, tapi kalau mau kasih semuanya yah juga gak rela.

Akhirnya tiba hari yang ditunggu-tunggu, pay day, waktunya menerima gaji. Dengan semangat mengecek bank account, di mana seharusnya gaji tersebut dikirimkan. “Gak ada!” Hmm, mungkin besok. “Gak ada juga!”

“Haa… yang bener ajah, masa ga masuk-masuk duitnya.” Akhirnya dengan takut-takut menanyakan hal tersebut kepada sang manager. “Really? It should have been paid. I will check it”, begitu jawab sang manager setelah dia melakukan cross check pada bank account detail. Namun, suaranya terderdengar penuh keragu-raguan dan seperti tidak percaya.

Seminggu…, gaji tetap belum dibayar, sang manager belum mendapatkan jawaban dari kantor pusat yang menangani payroll untuk karyawan. Aneh…, di tengah-tengah rasa kesal karena harus terus bekerja tapi belum dibayar, kembali terlintas di kepala mengenai janji yang sempat diucapkan sebelum memulai hari pertama di pekerjaan ini. Andai, janji yang pertama kali diucapkan ini gak ditawar-tawar dan dimodifikasi, kejadian ini akan terjadi gak yahhh.

“Tuhan, koq gini sih? Yah emang sih waktu itu udah janji…. Hmmmm”

Tapi setelah dipikir-pikir dan direnungkan, rasanya memang salah. Gak seharusnya janji yang sudah diucapkan itu diubah dan dibatalkan seenaknya saja. Setelah melewati pergumulan dalam pikiran, akhirnya sampailah kepada keputusan akhir, memenuhi janji yang sudah diucapkan.

Keputusan yang sangat berat untuk diambil. Membuang jauh-jauh wishlist yang sudah disusun, bekerja tanpa merasakan hasilnya sama sekali, …. Tapi, sepertinya keputusan itu benar, walaupun berat untuk diambil, tetapi setelah diputuskan lega rasanya.

Yang lebih mengherankan lagi, pada hari bekerja berikutnya, sang manager langsung mengkonfirmasi kalau gaji memang belum dikirim dan akan dikirimkan ke rekening secepatnya. Sungguh aneh, tapi nyata. Tapi, melalui kejadian inilah untuk pertama kalinya saya belajar untuk tidak sembarangan mengucapkan janji, jika sudah berjanji yah perlu untuk ditepati. Janji sama orang ajah perlu untuk dipenuhi, apalagi janji kepada Tuhan.

Biarlah kita dapat menggenapi janji-janji yang sudah kita buat kepada Tuhan, karena Tuhan sendiri tidak pernah ingkar terhadap apa yang sudah Dia janjikan.

Author – Unknown

Seruan Untuk Bertobat

September 2009, kita mendengar berita mengenai sebuah gempa yang terjadi di Indonesia, yaitu di pulau Jawa. Sangat mengerikan memang kejadian ini, pada saat saya mendengar berita ini, saya teringat akan bencana tsunami besar yang terjadi beberapa tahun silam. Walaupun telah terjadinya beberapa tahun silam, sepertinya baru saja terjadi. Dulu tsunami, dan sekarang kembali adanya gempa.

Walaupun epicenter gempa yang terjadi minggu lalu di pulau Jawa ini tidak berada di Jakarta, tetapi saya pun tetap menelpon keluarga yang berada di Jakarta untuk ‘make sure’ semuanya dalam keadaan baik-baik saja. Memang kita berada di dunia yang sering sekali terdengar berita berita yang tidak meng-enakkan. Orang berkata kalau surat kabar atau siaran berita selalu saja dipenuhi dengan berita-berita yang tidak meng-enakan, baik itu bencana alam, gempa, tanah longsor, pembunuhan, anak hilang, pencurian, kejahatan, korupsi dan lainnya. Dan memang benar, kalau kita kita membuka surat kabar atau siaran berita, banyak sekali berisi berita-berita yang seperti demikian ini.

Bahkan di Melbourne pun dikabarkan bahwa angka kejahatan semakin meningkat, sehingga para polisi, khususnya di kota Melbourne ini meningkatkan system security di city center of Melbourne dengan menginstall banyak kamera di mana-mana. Kota Melbourne seperti menjadi kota ‘Big Brother’. Saya tidak pernah menyangka bahwa kota Melbourne ini akan menjadi seperti ini. Tapi inilah kenyataanya, bahwa dunia ini, yang tadinya adalah baik, kemudian karena dosa, kejahatan, dan kerakusan manusia, menjadi rusak. Bahkan baru beberapa hari yang lalu juga, di Melbourne ada seorang business man yang ditembak mati begitu saja, tanpa diketahui siapa pelaku penembakan.

Memang dunia ini keliatannya bukan menjadi lebih baik, seperti lagu

We are the world, we are the children

Its true we will make a better day

Just you and me

Namun,  apakah benar manusia sendiri sanggup membuat dunia ini menjadi lebih baik?

Saya teringat dengan kejadian yang terjadi pada waktu nabi Yoel hidup, keadaan di mana kehidupan sangat sulit, panen gagal, adanya wabah jangkrik yang melahap semua panen yang ada, benar-benar seperti keadaan yang ada sekarang ini, keadaan yang sangat tidak menentu.

Di saat seperti sekarang ini, nabi Yoel menyerukan kepada seluruh orang untuk bertobat. Tidak terkecuali, kepada orang yang tua, kepada orang muda, kepada anak-anak, kepada siapa pun juga untuk bertobat dan berbalik kepada Tuhan. Karena memang Tuhanlah yang sanggup me-restore semuanya. Manusia tidak akan dapat sanggup, hanya Tuhanlah yang sanggup.

Yoel 2:12-13a “Tetapi sekarang juga,” demikianlah firman TUHAN, “berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.” Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setiaNya.

Jelas sekali Tuhan menghendaki agar kita semua untuk  berbalik kepada Tuhan.

Manusia tidak akan sanggup untuk memulihkan apa yang rusak oleh dosa, Hanya Tuhanlah yang dapat memulihkan kita, dan memulihkan hidup kita. Karena Ia adalah pencipta kita. Di dalam kita berbalik kepada Tuhan, Tuhan menghendaki ketulusan dan niat kita untuk benar-benar kembali kepada Tuhan. Bukan kembali kepada Tuhan karena ada ‘maunya’ tapi benar-benar kembali kepada Tuhan dengan tulus, karena di luar Tuhan tidak ada kehidupan, di luar Tuhan yang ada hanyalah maut dan tiada damai. Karena itu biarlah kita dapat berbalik kepada Tuhan.

Di dalam kita berbalik kepada Tuhan, Tuhan menghendaki attitude kita yang tulus, yang dengan menangis, berseru kepada Tuhan, yang berpuasa dan yang melakukan puasa bukan karena tuntutan agama, tapi yang melakukan puasa karena rindu untuk berbalik kepada Tuhan saja, yang melakukan puasa sebagai tanda dari our humility (humbleness), dan pengakuan dosa dan pertobatan kita. Karena Tuhan adalah pengasih, penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setianya.

Kadang kadang saya berpikir, mengapa dulu saya harus menunggu bertahun-tahun, dan mengapa saya harus menolak ajakan dari teman-teman atau kakak rohani saya untuk bertobat, mengapa saya harus berdalih dan dengan seribu satu alasan menolak untuk menerima Yesus sebagai Juruslamat.

Tetapi di dalam kitab Yoel, begitu jelas bahwa bagi mereka yang benar-benar mau berbalik kepada Tuhan, Tuhan akan memulihkan, dan tidak hanya memulihkan yang sekarang, tapi bahkan juga akan akan memulihkan kepada kita tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, (Yoel 2:25) serta kita akan makan banyak-banyak dan menjadi kenyang, dan kamu akan memuji-muji nama TUHAN, Allahmu, yang telah memperlakukan kamu dengan ajaib; (Yoel 2:26). Dan saya yakin Firman ini juga berlaku untuk kita semua, bahwa saat kita bertobat, Tuhan akan me-restore semuanya.

Betapa mulianya kehidupan di dalam Tuhan, dan betapa kotornya kehidupan di luar Tuhan. Karena itu biarlah kita mau mendengar seruan untuk bertobat, pertobatan yang tidak hanya bersifat sementara, tetapi pertobatan yang benar-benar mau berbalik kepada Tuhan dengan humble, dengan segenap hati, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh, maka Tuhan akan memulihkan hidup kita ini. Janganlah kita menunggu ajakan untuk bertobat ini, the time is now because the ‘time’ is near.

Author – Sucipto Prakoso

Cure For The Weary

Letih? Lesu? Ini obatnya!

Kaum muda dikenal karena kekuatan dan energy mereka. Mereka seperti baterai Energizer yang bermoto: “Never say never die”. Tetapi ini Cuma iklan saja. Tidak selalu dan tidak selamanya mereka  mempunyai kekuatan dan energy. (Apalagi saat-saat sekarang ini, dimana banyak assignment due dan dekat-dekat exams).

Dalam ayat 30 pasal 40, Yesaya menggambarkan dua kondisi yang dapat terjadi pada kaum muda, “Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung.” Yesaya mengatakan bahwa mereka, pemuda-pemuda itu yang biasanya kuat dan memiliki kemampuan, pada saatnya akan/bisa lemah. Mereka menjadi lelah dan lesu, bahkan jatuh tersandung.

Namun dalam ayat 29, Yesaya menulis: “Dia memberi kekuatan kepada yang lemah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.” Kaum muda yang tidak melekat kepada Allah dan taat kepada-Nya akan kehilangan berkat dan kebaikan Allah. Mereka yang mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri akan kehilangan sumber semangat dan kekuatannya yaitu DIA yang mengasihi kita semua. Kekuatan dan semangat, Dia-lah yang empunya, dan Dia-lah yang memberinya.

Sepanjang sejarah, Allah banyak memakai kaum muda. Daud dipakai untuk membunuh raksasa Goliat ketika ia masih seorang remaja. Allah menggunakan Daniel yang ketika itu masih muda. Samuel dipakai melayani Allah ketika ia remaja. Timotius mengikuti  Paulus melayani Tuhan pada usia yang sangat muda. Dan saat ini Allah ingin memakai Saudara, yang muda, yang merasa muda. Untuk itu Saudara memerlukan semangat, dan Saudara membutuhkan kekuatan. Darimana datangnya semangat dan kekuatan ini, kita telah mengaetahuinya yaitu dari DIA sendiri. Akan tetapi, bagaimana untuk mendapatkannya?

Yesaya memberitahu kita dalam ayat 31, bagaimana kita dapat memperolehnya, yaitu dengan “menanti-nantikan Tuhan”. Menanti-nantikan disini bukan berarti duduk diam berpangku tangan sambil ngelamun dan bermalas-malasan. Kata menanti-nantikan ini diterjemahkan dari kata Bahasa Ibrani yang mempunyai dua arti: 1. Menunggu, mencari, mengharapkan, menaruh harapan, dan 2. Mengumpulkan, diikat menjadi satu. Jadi menanti-nantikan disini berarti kita menanti dengan sepenuh harapan di dalam Dia dan menjadi satu dengan-Nya.

Jadi jelas sekali, kalau kita menaruh harapan kita sepenuhnya kepada Tuhan dan menjadi satu dengan-Nya, maka kita akan mendapat kekuatan baru. Meski kita berlari-lari, meski kita sudah berjalan jauh, kita tidak akan menjadi lesu dan kita tidak akan menjadi lelah.

David Sizer adalah sama seperti siswa yang lainnya yang kuliah di Victory Bible Institute di Amerika, hanya ia pada saat itu telah berusia 96 tahun. Sementara siswa lain begitu lelah pada akhir minggu sehingga mereka tidak sanggup menghadiri kebaktian hari minggu, David malah melakukan pelayanan penjara serta panti jompo setiap minggunya. Meski umurnya sudah cukup lanjut, tetapi David tidak letih dan tidak lesu. Dia tahu obatnya.

Kelesuan bukanlah hanya keletihan pada tubuh jasmani, tetapi adalah juga sikap batin/pikiran. Apabila roh dan pikiran kita diperbarui dengan menanti-nantikan Tuhan, Ia akan menanamkan kekuatan ke dalam roh kita, dan tubuh kita akan dipacu oleh Roh yang sama, yang membangkitkan Kristus dari kematian-Nya. Dari dalam sampai bagian luar kehidupan kita, kita akan memiliki kekuatan! Dia akan memnuat kita yang tidak berdaya menjadi orang yang memiliki kuasa Allah.

Apabila Allah memberitahu kita untuk melakukan sesuatu dan kita menanti-nantikan Dia, Ia akan memperbarui kekuatan kita. Sementara kita melayani Tuhan, kelemahan kita diganti dengan kekuatan-Nya. Mekanisme kerohanian kita perlu diperbaharui dengan kehidupan Yesus Kristus yang mengalir terus dalam diri kita. Tingkat kekuatan kita dapat diubahkan, dari kondisi hari ini menjadi suatu kondisi yang lebih baru jika kita bersedia menanti-nantikan Tuhan.

Allah mengasihi dan memulihkan jiwa-jiwa yang hancur. Apabila Tuhan adalah Juruselamat anda, Ia akan membimbing anda ke air yang tenang, dan Ia akan memulihkan jiwamu. Ia akan membawa anda ke tempat dimana anda akan dikenyangkan dan dikuatkan. Ia akan mengisi baterai anda kembali (jauh lebih hebat dari Energizer) sementara anda menanti-nantikan Tuhan! Duduklah dikaki-Nya, nantikanlah Dia dengan penuh pengharapan, dan menjadi satulah dengan Dia.

Author – Alicia Tani

Sumpah Pemuda

Pertama

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoea

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Teman-teman, secarik teks di atas merupakan teks orisinil dari Sumpah Pemuda di tahun 1928. Sumpah Pemuda merupakan sumpah setia hasil dari rapat Kongres Pemuda II yang diselenggarakan pada tanggal 28 Oktober 1928 dan selanjutnya tanggal itu diperingati menjadi Hari Sumpah Pemuda. Kongres Pemuda II merupakan kelanjutan dari Kongres Pemuda I yang berlangsung dua tahun sebelumnya pada tanggal  30 April hingga 2 Mei 1926 di Jakarta. Pada Kongres Pemuda terdahulu tidak tercipta hasil putusan yang resmi, tetapi tercetus ide untuk mempersatukan Indonesia. Kongres Pemuda II membahas pentingnya pendidikan kebangsaan dan kepanduan dalam menumbuhkan semangat kebangsaan. Kongres ini diseleengarakan tiga kali dari tanggal 27 Oktober hingga 28 Oktober 1928 di tiga tempat berbeda. Pada rapat pertama, inti dari rapat tersebut adalah harapan untuk persatuan dari para pemuda. Rapat kedua membicarakan pentingnya pendidikan. Rapat penutup membicarakan pentingnya nasionalisme dan demokrasi. Di rapat terakhir ini pula pertama kalinya dikumandangkan lagu Indonesia Raya dan dibacakannya rumusan hasil kongres, yang diikrarkan oleh para pemuda sebagai sumpah setia.

Cerita tentang Sumpah Pemuda membicarakan tentang sumpah dari para pemuda untuk bersatu bagi bangsa Indonesia. Di satu sisi, sumpah menjadi pengikat yang bagus bagi ikrar pemuda untuk bersatu bagi Indonesia, tetapi apa yang dikatakan oleh alkitab tentang sumpah? Yakobus 5 : 12 mengatakan “Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.” Jadi, apakah sumpah itu merupakan hal yang keliru? Beberapa forum diskusi kristiani membahas topik tentang sumpah dan ada beberapa hal yang bisa didapat dari diskusi ini. Sumpah menurut kamus bahasa Indonesia merupakan pernyataan yang diucapkan secara resmi dan benar dengan TUHAN sebagai saksi.

TUHAN YESUS dalam Matius 5: 33 mengajarkan “Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.” Menurut 1 Samuel 9: 16 sumpah adalah kutukan atas orang yang melanggar ucapannya sendiri atau, menurut Markus 14: 71, ketika orang itu tidak mengatakan kebenaran. Di dalam alkitab sendiri kita melihat berbagai macam sumpah dan berbagai macam cara, juga berbagai macam akibat ketika tidak menaati sumpah tersebut.  Kita melihat bahwa TUHAN ALLAH sendiri bersumpah, TUHAN YESUS juga diperhadapkan dengan sumpah dan Paulus juga bersumpah. Jadi bisa disimpulkan bahwa yang menjadi inti dari sumpah adalah mengatakan kebenaran. Kita bisa berkata ‘ya’ dan ‘tidak’ lewat sumpah kita, tetapi yang penting adalah makna kebenaran kita dari dua kata tersebut dan bagaimana kita bisa mempertanggung jawabkannya kepada TUHAN.

Author – Levi Sunaryo

Nazar

Nazar, sebagian dari kita tidak tahu artinya, bahkan bertanya: ‘Apa iya itu sebuah kata?’ atau berkata: ‘Itu makanan atau mode terbaru ya!’ Sebagian lagi sok tahu akan artinya J

Ya, nazar memang kata yang tidak umum kita dengar, entah mungkin karena bukan bahasa gaul, atau juga karena sekarang ini memang nazar tidak ada atau tidak dikenal lagi. Tapi kita ingin belajar mengenai nazar.

Menurut KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA:

na·zar n janji (pd diri sendiri) hendak berbuat sesuatu jika maksud tercapai; kaul: ia mempunyai — , kalau anaknya lulus, ia akan mengadakan selamatan;
ber·na·zar v berjanji akan berbuat sesuatu jika maksud tercapai; mengucapkan nazar; mempunyai kaul: ia ~ , kalau anaknya sembuh, hendak bersedekah;
me·na·zar·kan v menjanjikan (dng nazar); menjadikan nazar (kaul)

Dari sisi Firman Tuhan, kata nazar berasal dari kata Ibrani (bahasa aslinya Perjanjian Lama) ‚nazir’ yang berarti: consecrate(d), devote(d), separate(d) (disendirikan, dipisahkan, dikuduskan). Jadi nazar adalah sesuatu yang dipisahkan dan dikhususkan buat Allah. Atau dengan sederhana nazar adalah sebuah janji yang sungguh-sungguh kepada Allah.

Ada sebuah kisah yang menarik didalam Alkitab yang berhubungan dengan nazar. Dalam kitab Kejadian 35:1, Allah berfirman kepada Yakub untuk pergi ke Bethel, dan mendirikan mezbah disana. Kenapa Bethel? Untuk mendapatkan jawabannya kita perlu kembali 22an tahun sebelumnya.

Saat itu Yakub sedang lari untuk menghindari kemarahan Esau kakaknya. Yakub telah mencuri berkat dari ayah mereka Ishak, yang dikhususkan untuk Esau sebagai anak sulung (Kejadian 27:1-46). Meninggalkan Bersyeba, Yakub berjalan menuju Haran tempat Laban, pamannya tinggal. Di tengah perjalanan, ia bermalam di suatu tempat, yang kemudian dinamai Bethel. Disana ia bermimpi. Ia melihat sebuah tangga dimana malaikat Allah turun dan naik antara surga dan bumi. Dan Tuhan berjanji untuk menyertai dia kemanapun dia pergi, dan akan membawa dia kembali dengan selamat (Kejadian 28:10-15).

Mimpi ini membuat Yakub bernazar untuk (Kejadian 28:16-22):

  1. Menjadikan Tuhan sebagai Allahnya
  2. Mendirikan rumah Allah
  3. Mempersembahkan sepersepuluh kepada Tuhan dari apa yang Ia berikan

Untuk 20 tahun kemudian, Yakub tinggal di Haran bersama Laban yang akhirnya menjadi mertuanya. Tuhanpun menepati janjinya, menyertai Yakub selalu, sehingga Yakub berhasil dalam segala yang dikerjakannya (Kejadian 29-30). Dan Tuhan menyelamatkan dia dari tangan Laban yang mengejar dia (Kejadian 31) dan Esau yang menyambutnya (Kejadian 32-33)

Saat dalam Kejadian 35, Yakub telah tinggal beberapa tahun di Kanaan. Dia tinggal di Sikhem tanpa ada maksud untuk kembali ke Bethel dimana Allah telah menampakkan diri kepadanya dan dimana dia membuat nazarnya. Kelihatannya Yakub telah lupa akan semuanya. Itu sebabnya Allah menyuruh dia kembali ke Bethel.

Apa yang dapat kita pelajari dari hal ini.

  1. Tuhan ingin kita menepati/memenuhi nazar kita. Dia tidak ingin kita bermain-main dengan nazar. ‘Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu.’ (Pengkhotbah 5:3)
  2. Kita sering lupa akan nazar karena:
    1. Dibuat pada saat kita terjepit, misalnya saat terbang dengan pesawat dan mengalami turbulensi yang buruk atau kerusakan mesin
    2. Dibuat saat ada maunya, misalnya saat sedang menunggu visa PR keluar
  3. Kita juga sering lupa dengan nazar sebab semuanya sudah berjalan lancar. Seperti Yakub, yang sudah mempunyai keluarga yang bahagia dan harta yang banyak. Tetapi Tuhan dengan keras memperingatkan bangsa Israel untuk tidak lupa (Ulangan 8:11-20).
  4. Kita juga bisa lupa dengan nazar kalau kita membiarkan dunia mempengaruhi kita. Yakub membiarkan dewa-dewa asing ada didalam rumahnya. Itu sebabnya kita harus menjauhkan diri dari ‘dunia’.
  5. Kalau kita sampai lupa akan nazar kita, kita harus kembali ke ‘asalnya’. Yakub diperintahkan untuk kembali ke Bethel. Demikian juga jemaat di Efesus disuruh kembali kepada kasih yang mula-mula (Wahyu 2:4-5).
  6. Saat kita kembali ke ‘Bethel’ dan menepati nazar kita, maka berkat yang baru akan melimpah atas kita. Yakub diberikan nama baru dan Allah memperbaharui janjiNya.

Demikian juga dengan kita semua. Tuhan ingin kalau kita bernazar, kita harus menepatinya. Kita pasti pernah bernazar kepada Dia, entah bernazar memberikan sesuatu (uang, materi, waktu dsb.) kepada Dia, atau bernazar membaca/mempelajari FirmanNya, atau bernazar melayani Dia, dsb. Biarlah kita menepati semuanya.

Melihat keharusan/kewajiban yang ada, kadang kita berpikir, kalau begitu lebih baik tidak bernazar. Memang Alkitab memberitahu kita: ‘Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya.’ (Pengkhotbah 5:4). Tetapi ketahuilah, saat kita bernazar dan menepatinya, maka berkatNya yang baru akan dilimpahkan kepada kita. Jadi yang terbaik adalah bernazar dan menepatinya.

Kalau hidup saudara sudah beberapa waktu begitu-begitu saja, inilah saatnya saudara membuat nazar, nazar yang baru. FirmanNya: ‘… dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.’ (Maleakhi 3:10)

Author – Pdt. Mindaja Tani

Big Change – Call for Unity

Saat-saat menjelang Paskah adalah saat-saat yang sangat critical bagi pelayanan Yesus selama Ia ada bersama dengan murid-muridNya. Dan kematian dan kebangkitan Yesus juga merupakan saat-saat yang critical bagi murid-muridNya. Saat-saat ini merupakan saat-saat dimana murid-muridNya harus mengalami a ‘Big Change’, mengalami perubahan yang besar di dalam kehidupan mereka masing-masing.

Selama Kristus ada di dunia bersama murid-muridNya, boleh dikatakan bahwa murid-muridNya selalu ‘aman’ karena Yesus berada di tengah-tengah mereka secara fisik. Kalau ada pertentangan atau ancaman dari orang-orang yang membenci Kristus, Kristus selalu ada untuk membela mereka. Kalau ada yang orang yang sakit, mereka juga mempunyai Kristus yang akan menyembuhkan mereka, dan kalau ada orang yang kerasukan roh jahat, ada Kristus yang akan mengusir roh jahat itu keluar. Kristus selalu ada bersama-sama mereka secara fisik.

Tapi hari-hari menjelang kematian dan kebangkitan Kristus, karena Kasih Kristus, Dia menyiapkan murid-muridNya for the ‘Biggest Change’ of their lives, bahwa Yesus, Guru dan Mesias mereka harus mati dan bangkit dan kemudian kembali kepada Bapa di surga. It is going to be a Huge Change untuk kehidupan para murid-muridNya. Yang tadinya Yesus selalu ada secara fisik, yang tadinya mereka tinggal ‘memanggil’ Yesus dan Yesus datang, sekarang akan berbeda, karena Yesus perlu kembali ke surga.

Karena itulah Yesus menyiapkan murid-muridNya di suatu malam hari menjelang kematianNya di kayu salib, Ia mendoakan mereka, dan salah satu inti dari doanya di dalam menyiapkan murid-muridNya di dalam mengantisipasi the ‘Big Change’ ini adalah Pray for Unity, Call for Unity. Yohanes 17:20-23

Yoh 17:20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;

Yoh 17:21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Yoh 17:22 Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:

Yoh 17:23 Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

Mengapa Call for Unity di dalam mengantisipasi the Big Change? Karena manusia memang tidak begitu suka akan perubahan, perubahan sering kali diikuti dengan ketidak nyamanan. Tidak jarang juga perubahan disertai atau didahului oleh pertentangan. Tanpa unity, Big Change tidak akan berjalan dengan baik. Sering kali di dalam suatu pemerintahan atau Negara, di mana akan ada pemilihan pemerintahan yang baru atau presiden baru, which is a Big Change, jika tidak disertai dengan Unity yang baik di dalam negara itu sering kali terjadi protes atau demo atau bahkan perang saudara, karena perubahan itu sering kali tidak enak.

Ulat pada waktu mengalami Big Change untuk menjadi kupu-kupu yang indah, harus juga mengalami a Big Change yang tidak enak. Ia harus menjadi kepompong, membungkus dirinya di dalam kepompong yang stuffy, dan kemudian ia harus merobek kulitnya sendiri agar dapat menjadi kupu-kupu yang indah. Merobek kulit sendiri bukanlah hal yang enak untuk dirasakan, it could be very painful.

Pelayanan kita sendiri pun akan mengalami Big Change, terutama di dalam pemindahan lokasi ‘base’ dari pelayanan Replique di Melbourne, yaitu berpindah dari Hawthorn ke City. Tuhan telah memanggil pelayanan kita untuk benar-benar melayani kota Melbourne, untuk menjadi berkat bagi kota Melbourne yang sangat membutuhkan Tuhan dan terang kasih Tuhan.

It is a Big Change and it may not be comfortable, karena itu Tuhan memanggil kita untuk bersatu, to unite. Unity bukanlah hal yang mudah untuk dicapai karena kita adalah manusia yang telah jatuh di dalam dosa, manusia yang seringkali egois, manusia yang sering kali mempunyai ‘agenda’ dan ‘maksud’ sendiri-sendiri.

Hanya satu yang dapat mempersatukan kita, yaitu “Kasih Kristus” – Yohanes17:22-23, hanya Kristus-lah yang dapat mempersatukan kita. Tidak ada satu pun di muka bumi yang dapat menyatukan manusia selain Kristus. Karena itu biarlah kita dapat bersatu di dalam mengantisipasikan the Big Change in our ministry.

Get Ready and Be Ready for the Big Change in Christ!

Author – Sucipto Prakoso

Guru – Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Dalam kehidupan kita, profesi seorang guru pastinya sudah tidak asing lagi. Sejak kecil kita masuk TK, kita sudah bertemu dengan seorang guru. Seorang guru mengajar, karena itu kita ‘belajar’ daripadanya. Tentu pekerjaan sang guru sedikit banyak akan mempengaruhi masa depan anak-anak didiknya. Sedikit untuk mereka yang tidak mau belajar dari sang guru dan banyak untuk sebaliknya.

Dalam bahasa aslinya, kata ‘Guru’, berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti seseorang yang dipandang memiliki pengetahuan yang luas, kebijakan, dan pengaruh di suatu bidang tertentu, dan menggunakan semuanya itu untuk membimbing yang lain. Menurut definisi ini, bukankah akan sangat baik jika kita mendengarkan pengajaran dan didikan sang guru?

Kalian tentunya ingat, sewaktu kecil kita diajarkan bahwa guru menyandang gelar ‘pahlawan tanpa tanda jasa’. Gelar ini sungguh memiliki makna yang dalam. Seorang guru mendidik dan menjadi contoh. Bahkan Dan Rather, seorang journalist terkenal, berkata bahwa cita-cita berawal dari seorang guru yang percaya kepada muridnya, yang kemudian mendorongnya, and membimbingnya kepada tahap selanjutnya, bahkan tidak segan-segan menghajar dengan tongkat yang disebut kebenaran.

Sayangnya memang belakangan image seorang guru dan gelar ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ ini sudah kehilangan arti lantaran tingkah dan perilaku guru-guru yang tidak pantas. Fakta ini membuat orang kehilangan respect terhadap guru dan tidak jarang mereka memberontak dari didikan sang guru.

Namun menjadi sosok guru adalah apa yang dilakukan Tuhan kita selama Dia ada di dunia. Tuhan kita sendiri mengaku bahwa “Akulah Guru dan Tuhanmu” (Yoh 13:13) ketika Ia mengajar murid-muridNya untuk saling melayani dan memberi contoh dengan membasuh kaki mereka. Kepada Dia juga murid-muridNya datang dan belajar tentang doa dan tentang banyak hal. Bahkan dalam amanat agungNya Dia berkata untuk menjadikan semua bangsa sebagai muridNya. Dengan kata lain Dia ingin menjadi guru kita. Dia ingin kita belajar dariNya. Oleh sebab itu marilah kita mendengarkan hikmat sang Guru, mentaati pengajaranNya, dan tidak memberontak dari didikanNya.

Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan janganlah engkau bosan akan peringatanNya. Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihiNya seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.

Amsal 3 : 11 – 12

Author – Yoanes Koesno

To Intervene Or To Ignore?

Siti yang baru berumur 16 tahun, hamil, diusir dari rumah orang tuanya, mencoba bunuh diri dengan memotong nadinya dengan potongan kaleng.

Amir yang berasal dari keluarga kaya, besar ditangan baby sitter karena orang tuanya sibuk, masuk rumah sakit karena drug-overdose.

Berita-berita seperti itu kita dengar setiap hari, baca setiap hari dan lihat dimana-mana. Dan kita berpikir: seandainya saja Siti punya teman-teman yang lebih baik, atau Amir orang tuanya lebih memperhatikan dia, mungkin hal-hal seperti ini ngga perlu terjadi.

Tapi sayangnya kita hidup di dunia yang Private: “Ini urusan pribadiku. Jangan ikut campur”. “Itu masalah pribadinya, gua ngga mau ikut-ikut”. Individualistic: “Kalau GUA suka, ya GUA lakukan. Ngga peduli dengan orang lain”. “Kalau DIA mau begitu, ya terserah, itu pilihan DIA”. Penuh dengan space: “Berikan dia space, stay away”. “Berikan aku space, jangan dekat-dekat, ngga terima nasihat”.

Kalau kita melihat saudara kita melakukan hal yang salah dan membahayakan hidupnya, masa depannya, kita ngga bisa diam saja dan menonton! Siti tidak tiba-tiba hamil. Hal itu dimulai jauh sebelumnya. Sejak dia berumur 13 tahun, dia mulai senang main mata dengan pria, umur 14 tahun nge-date dengan cowo-cowo, umur 15 tahun gonta-ganti pacar, back street pula! All the time tidak ada seorangpun yang berani intervene. Semua orang disekitarnya hanya stand back shaking their heads dan nge-gosip dibelakang.

Billy Graham, dalam bukunya “Just As I Am” menceritakan tentang putranya Franklin yang masih remaja dan pacaran diam-diam dilain kota. Karena nggak mempan di bilangin, dia tarik putranya pulang dan memutuskan dengan tegas hubungan yang dikatakan dalam bukunya ‘highly unsuitable’.

Dalam film ‘Hotel Rwanda’, diceritakan tentang suku Hutu yang mau membasmi suku Tutsi. Mula-mula PBB dan Perancis berusaha mencegah pembunuhan masal ini, tapi karena takut membahayakan diri sendiri didalam perang saudara, mereka satu demi satu angkat kaki. Satu hal yang dikatakan oleh suku Tutsi ini adalah: “Without intervention from international, we will be vanished”.

Kita semua membutuhkan intervention, rescuing. Tuhan kita adalah Tuhan yang intervene. Betapa bersyukurnya kita mempunyai Tuhan yang campur tangan, bukan tuhan yang acuh tak acuh dan membiarkan kita mati didalam dosa dan kejahatan kita. Coba bayangkan kalau Dia seperti dunia ini, takut menegur, tidak mau involve, stand back aloof, apa jadinya kita? Kita semua pasti binasa, karena tidak ada seorangpun, pada saat hidup dalam dosa, bisa datang kepada Allah oleh kehendaknya sendiri! Dialah yang datang pada kita pada saat kita masih hidup dalam dosa (Roma 5:10).

Semua orang bisa bertobat oleh karena jamahan Tuhan, oleh karena kuasa Roh Kudus yang menerangi hatinya. Memang kita perlu meresponi, otherwise kita akan tetap tinggal dalam dosa. Tetapi Tuhanlah yang pertama bertindak, Dia intervene, Dia ikut campur dalam hidup kita, Dia jamah kita. Dan orang yang sudah mengalami jamahan Tuhan tidak akan mungkin stay the same! This is the greatest intervention of all: pada saat Yesus turun ke dunia ini dan mati di kayu salib untuk menebus dosa kita, walaupun Dia ditolak dan dibenci. Dia tetap lakukan karya keselamatan-Nya, karena Dia tahu tanpa itu manusia akan hilang selamanya.

Karena itu Dia perintahkan kita untuk intervene dalam hidup satu sama lain, saling menegur dan mengingatkan supaya kita boleh selamat menjelang hari Tuhan: “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik…, marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (Ibrani 10:24-25).

“Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (2 Tim 4:2).

So, intervene in each other’s life, involve, don’t stand back looking at your brother/sister go down the drain! Walaupun harga yang dibayar sangat mahal, kita dibenci, ditolak, dijauhi dan bahkan difitnah, tapi jiwa saudara kita jauh lebih berharga dari pada temporary discomfort yang kita harus tanggung. Peranan kita didalam keluarga Allah bukanlah untuk saling memberikan kesenangan sementara, tapi untuk saling menjaga keselamatan jiwa satu dengan yang lainnya, supaya kita semua beroleh selamat pada saat Tuhan datang kembali. To Him be the glory!

Author – Alicia Tani

Vindication – Always Bitter Sweet

Ikut Tuhan dan melakukan kehendakNya- sesuatu yang mudah dikatakan, tapi tidak gampang dilakukan. Tahun-tahun pertama kami, saya dan suami, ikut Tuhan dan melayani Dia dipenuhi dengan konflik, terutama dengan orang tua, sanak keluarga dan teman-teman. Karena mereka tidak melihat apa yang kami lihat.

Setelah 20 tahun, tantangan yang ada malah semakin besar, karena sekarang datang dari sesama orang Kristen, dan bahkan mereka yang dekat. Seringkali Tuhan membukakan hal-hal pada kita yang Dia tidak bukakan pada orang lain. Ini menjadi sumber kesalahpahaman, fitnah dan bahkan pengkhianatan.

Pada saat-saat seperti demikian, apa yang kita rindukan? Vindication. Pembeneran. Pembenaran dari Tuhan. Daud merindukan pembelaan dari Tuhan pada saat dia dikejar-kejar musuh, di fitnah dan mau dibunuh oleh Saul, hanya karena dia melakukan kehendak Tuhan. Sekitar seperempat dari mazmur berisi permohonan Daud untuk pembelaan Tuhan.

Saat kita disakiti, kita sering membayangkan, betapa indahnya pembelaan Tuhan dan bagaimana kita akan memuliakan Dia saat hal itu terjadi. Dua alesan kenapa Daud merindukan pembelaan Tuhan: 1. Karena Saul menyebarkan fitnah tentang dia, 2. Karena dia ingin pengakuan orang Israel atas apa yang Tuhan berikan kepadanya (Daud diurapi sebagai raja).

Seringkali pembelaan dari Tuhan datang secara bertahap. Tahap pertama, kita menyadari bahwa Tuhan membela kita, tapi kemudian ternyata belum secara total. Daud memang akhirnya diakui sebagai raja, tapi hanya atas Yehuda. Kalau dilihat sekilas, itulah pemenuhan rencana Tuhan, tapi sebetulnya baru sebagian. Bahkan 7 tahun berlalu sampai akhirnya seluruh Israel mengakui dia sebagai raja (2sam 3:6-21).

Tidak mudah untuk menunggu vindication. Mungkin saudara difitnah, di tempat kerja, di sekolah atau bahkan di gereja. Disalah mengerti, ditinggalkan, dijauhi, for the reasons you never know. Tuhan berjanji untuk membelamu, tapi bagaimana kalau vindication itu datangnya setelah bertahun-tahun?

2 alasan mengapa vindication is bitter sweet:

Pertama, Kita harus menunggu. Saat kita disakiti, kita ingin Tuhan segera membela kita. Kita menjadi terobsesi untuk membuktikan kita yang benar, untuk membersihkan nama kita yang difitnah. Tapi justru pada saat seperti itu Tuhan tidak akan bekerja. We must wait for vindication long enough for other things to become more important. Saat kita put all things into perspective kita akan melihat ada banyak yang  jauh lebih penting yang harus kita lakukan daripada memikirkan sakit hati kita. Saat itulah Tuhan biasanya membela kita. Tapi berhubung kita sudah tidak memikirkannya, vindication itu tidak semanis yang kita kira. Kita terhindar menjadi orang yang vindictive!

Demikianpun, saat orang-orang terdekat tidak setuju dengan apa yang kami lakukan dan banyak orang lain menyebarkan fitnah, kami tetap konsentrasi pada apa yang Tuhan tetapkan untuk kami kerjakan. Banyak yang akhirnya mengakui kebenaran panggilan Tuhan dalam hidup kami, tapi pengakuan itu tidak lagi menjadi masalah penting, karena apa yang Tuhan berikan untuk dikerjakan menjadi hal yang terpenting mengatasi His vindication!

Kedua, mengapa vindication is bitter sweet, seringkali orang yang menyakiti kita berada di pihak yang dipermalukan, tetapi kejatuhan mereka menyedihkan kita. Pembelaan Tuhan terhadap Daud costs him his son, Absalom, yang akhirnya mati terbunuh dalam pemberontakannya. Tuhan adalah Allah yang adil, yang membalaskan kepada semua orang sesuai dengan perbuatannya masing-masing. Pembalasan adalah haknya DIa. Biarlah kita tidak mengambil haknya Tuhan ini dengan membalas orang yang menyakiti kita atau dengan berusaha ‘membersihkan’ nama kita dan ‘memfitnah balik’ mereka yang memfitnah kita.

Satu hal yang perlu diingat: memang Tuhan membalas orang sesuai dengan perbuatan mereka masing-masing. Tapi di atas kayu salib Dia sudah menanggung segala kutuk, supaya mereka yang menerima Dia tidak lagi hidup dibawah kutu/hukumanNya. Jikalau kita ada dipihak yang sudah menyakiti orang lain, yang pertama harus kita lakukan adalah minta ampun kepada Tuhan dan Dia akan mengakat segala hukuman yang seharusnya kita tanggung.

And that’s the greatest news of all!

Author – Alicia Tani

Refresh my heart, Oh GOD

1 Raja-raja 19: 1-8

Di dalam dunia yang modern ini, secara tidak sadar banyak hal dikehidupan yang selalu menuntut kita. Dengan perkembangan jaman, berkembang pula tuntutan-tuntutan di dalam kehidupan kita. Baik itu sekolah, hubungan social, karir, hubungan keluarga dan juga pergerakan kerajaan Tuhan. Ketekukan dan kerja keras merupakan asset yang sangat baik, namun kita harus dapat menjaga diri. Jangan kita sampai “burn out”, sehingga kehidupan kita tak bisa menjadi saluran berkat Tuhan lagi.

Dalam kitab 1 Raja-raja 19;1-8 kita temukan kehidupan Elia yang sedang mengalami keadaan terburuk. Padahal mujizat-mujizat yang diberikan Tuhan melalui Elia sangatlah luar biasa, peristiwa Elia di sungai kerit (1 Raja-raja 17:1-6), peristiwa bersama janda di Safrat (1raja-raja 17:7), pertempuran rohani dengan nabi baal di gunung karmel (1Raja-raja 18). Ditengah luar biasanya berkat serta hadirat Tuhan di kehidupan Elia, ia mengalami keletihan rohani sehingga dia “burn out”.

Merupakan hal yang normal bagi seseorang untuk merasa letih, karena tubuh dan jiwa kita memanng bukannya tanpa batas. Kelelahan fisik kita dapat dipulihkan dengan istirahat dan makan-makanan yang sehat. Masalah yang lebih besar adalah jika kita letih secara emosi dan rohani atu “burn out”. Justru letih emosi dan rohani ini yang  sering mempengaruhi keletihan fisik kita sehingga walaupun kita mempunyai fisik yang tidak letih, kita tetap merasa lesu jika kita “burn out”.

Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari kitab 1Raja-raja ini untuk menanggulangi keletihan emosi dan roh.

Pertama, jangan melarikan diri dari jalan Tuhan. Jelas sekali kita pelajari dari sikap Elia di ayat 3, dia melarikan diri dari jalan yang telah diberikan Tuhan. Jangan kita jalan dijalan yang bertentangan dengan Tuhan. Jika kita berdosa, jangan pelihara dosa it uterus-menerus. Pada waktu kita berdosa, berkat rohani dari Tuhan akan terhenti. Lama kelamaan emosi kta pun akan letih dan ini akan mempengaruhi keadaan fisik kita. Kita tidak akan dapat menemukan kebahagiaan dan semangat dari hidup. Langkah ini sangat penting bagi kita, yaitu kita harus kembali dan bertobat dari pelanggaran (dosa) untuk dapat dipulihkan.

Kedua, untuk tidak mudah “burn out” kita harus belajar lebih percaya dan lebih berserah kepada Tuhan. Dalam ayat 1-3 kita temukan bahwa Elia takut dengan ancaman Izebel dan dia melarikan diri. Elia yang telah melihat kemuliaan Tuhan yang luar biasa bisa merasa takut dan dia tergeletak di padang gurun.”burn out” baik secara fisik maupun spiritual. Jika Elia tetap tinggal dan percaya pada Tuhan, dapat dipastikan dia akan melihat mujizat Tuhan lebih lanjut. Sering jika kita dihadapi masalah yang besar, kita tak ingat lagi bahwa kita punya Tuhan yang lebih besar. Kita terlalu terkonsentrasi pada masalah yang kita hadapi sampai masalah-masalah itu menguasai kita. Dalam keadaan begini tidaklah heran kalau emosi dan rohani kita menjadi letih. Jika kita percaya kepada Tuhan, kita tahu bahwa Tuhan berada di pihak kita dan Tuhan akan menunjukan mujizatNya pada kita. Fisik boleh letih tapi jika harapan kita tertuju pada Tuhan semangat kita akan terbangun. Rasa percaya kita akan DIa akan memberikan energy pada jiwa dan tubuh kita.

Ketiga, janganlah kita tertidur. Waktu kita letih, istirahat memang obat yang baik, tapi jangan sampai hati kita menjadi dingin terhadap keadaan sekitar kita. Elia tertidur walau umat Israel masih belum dibebaskan dari kuasa Izebel dan berhala baal. Merupakan hal yang normal bagi kita untuk istirahat, namun jangan sampai istirahat ini menguasai kita sampai kita tak peduli lagi dengan keadaan sekitar. Jika kita ambil istirahat dengan melakukan hobby kita, itu adalah hal yang baik., namun jangan sampai hobby tersebut membuat kita lupa akan tugas pelayanan. Justru dalam keadaan tertidur (menjauhi pelayanan) ini maka kita menajadi sasaran iblis. Istirahat yang terbaik adalah jika kita pakai waktu untuk mencari Tuhan karena Dia akan memulihkan kita.

Keempat, jangan lupa makan makanan yang disodorakan Tuhan. Tuhan tak ingin anak-anakNya dalam keadaan lesu sehingga anak-anakNya jadi bahan tertawaan iblis. Maka jika kita dalam keadaan lemah, Tuhan pasti menyiapkan roti bagi kita. Tapi seperti Elia, seringkali kita memilih untuk bersungut-sungut mengenai keadaan yang kita hadapi (ayat 4b) dan memutuskan untuk tidur dan tak berbicara pada Tuhan lagi. Namun Tuhan memang baik sekali, Dia membangunkan Elia sampai 2x dan Tuhan member dia roti. Jika kita merasa kita dalam keadaan yang paling buruk dalam hidup kita, ingatlah bahwa Tuhan tak pernah melupakan kita, dan DIa punya rencana special bagi kita. Sering Dia membangunkan kita dengan banyak cara, dari renungan kita, dari nasehat-nasehat saudara seiman kita, dan banyak cara lainnya. Jika kita dibangunkan dan diberi roti (baik itu nasehat, tegoran, firman) jangan kita menolaknya. Kita harus ambil, makan dan cerna di dalam duru kita walau kadang tegoran itu terasa pahit dan tak enak, namun itulah obat yang manjur untuk keletihan kita.

Terakhir, jangan berdiam diri namun carilah Tuhan dan raihlah pemulihan. Setelah Elia menerima roti dalam ayat 8 dia bangun dan berjalan ke Gunung Tuhan, gunung Horeb. Jika kita telah disodorkan roti yang akan member kekuatan bagi kita. Jangan stop disana, cari Tuhan terus dikehidupan kita. Elia pergi ke gunung Horeb mencari Tuhan, kita juga harus terus mengejar Tuhan. Jangan berhenti di dalam saat teduh kita sebelum kita bertemu muka dengan muka dengan Tuhan, disanalah kita raih pemulihan.

Pelayanan kita ini berada dalam decade kebangkitan yang besar. Mujizat-mujizat dan tangan Tuhan akan bekerja melalui pelayanan kita dan juga melalui kita. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk selalu dalam kondisi prima kerena saya percaya bahwa iblis tak suka dengan keadaan ini dan dia akan selalu menyerang kita. Pakailah 5 pelajaran yang dipetik dari Elia, berhentilah dari dosa, percayalah pada Dia, jangan tidur, jangan tolak roti dari Tuhan dan carilah Tuhan maka kita akan memperoleh dan mempertahankan kesegaran rohani kita.

Author – Lukman Setiawan