Is it really ok to lie?
Keluaran 20:16
Banyak hal yang dalam hidup kita perlu dididik sebelum kita mampu melakukannya: menyikat gigi, mengikat sepatu, menyetir mobil, dll. Namun anehnya kita tak perlu diajar untuk berbohong. Hal tak perlu ada yang mengajar, sepertinya bagian dari manusia untuk berbohong.
Hal ini bukan sesuatu yang mengagetkan. Manusia jatuh dalam dosa karena dibohongi oleh iblis dan sejak saat itu dosa masuk dalam manusia dan dalam Kejadian 4:9 tanpa ada yang mengajar setelah Kain membunuh Habel dia pun berbohong, seakan-akan kita belajar langsung dari bapak segala pembohong, iblis.
Berbohong telah menjadi bagian dari manusia dan merupakan dosa yang paling gampang kita lakukan. Article ini akan mencoba membahas jenis-jenis berbohong dan mengerti apakah berbohong itu bisa diterima dihadapan Tuhan.
Jenis bohong pertama adalah bohong mutlak. Jika orang membohongi uang orang lain, orang berpura-pura kudus namun hidupnya penuh dengan kudis, ini lah yang saya beri istilah berbohong mutlak. Kita semua tahu hal ini akan merugikan dan menyakiti sesama kita. Jelas sekali perintah Tuhan melarang kita untuk bersaksi dusta terhadap sesama kita, namun sering kita memakai topeng dan membohongi orang bahkan kita membohongi diri sendiri, kita harus belajar untuk membenahi hidup kita karena jika keadaan kita seperti demikian kita telah berdosa.
Kedua gosip, gosip adalah isu-isu yang tidak bisa dipercaya kebenaranya. Manusia suka sekali akan gosip, ini dapat dibuktikan dengan besarnya industri gosip, baik dalam bentuk acara TV, majalah, situs internet, dll. Tuhan tidak suka dengan gosip, karena saat kita mendengar dan menyebarkan gosip, kita membantu menyebarkan bohong dan sering gosip itu lebih sering menyakiti orang yang bersangkutan dari pada membangun.
Ketiga white lies, white lies adalah bohong yang dilakukan dengan tujuan baik. Apakah white lies bisa diterima dihadapan Tuhan? Alkitab menunjukkan beberapa contoh dimana orang berbohong tapi dipandang baik oleh Tuhan. Seperti bidan-bidan di Mesir yang berbohong untuk menyelamatkan bayi-bayi Israel atau Rahab yang berbohong saat dia mau menyelamatkan pengintai yang diutus Yosua di kota Yeriko. Tapi jika kita teliti contoh-contoh diatas bersangkutan dengan jiwa-jiwa dan tindakan yang mereka lakukan berdasarkan takut akan Tuhan. Sering kita bohong hanya untuk kenyamanan, dari pada menjelaskan panjang lebar kita berbohong. Coba renungkan semua ‘while lies’ yang kita lakukan apakah itu berkenaan dengan keselamatan orang lain? Atau hanya untuk kenyamanan kita?
Memang sangat sulit untuk membedakan mana bohong yang bisa diterima atau tidak dan article ini tidak akan mencoba memberikan suatu rule of thumb semua bergantung pada situasi dan kondisi. Namun satu hal yang pasti sebisa-bisanya kita harus belajar untuk jujur dalam relasi kita dengan sesama kita.
Tony Campolo bercerita tentang pengalaman white lies yang dia alami. Saat dia masih muda, dia dipaksa ibunya untuk menghadiri acara duka cita teman dekat ibunya. Dia hadir di upacara pemakaman dan menundukkan kepalanya. Saat dia melihat sekeliling dia, dia baru sadar bahwa dia satu-satunya orang yang hadir, maka dia pun melihat isi peti dan dia sadar dia masuk keruanggan yang salah. Saat dia mau keluar seorang ibu-ibu yang terlihat sedih dan terlihat putus asa memegang tangan Tony dan bertanya “Kamu teman suamiku yah?”, Dalam keadaan bingung dan merasa iba Tony pun menjawab “Iya, dia orang yang baik, semua orang yang kenal dia, sayang dia” Setelah upacara pemakaman selesai, Tony pun menemani janda ini menguburkan peti itu. Dalam perjalanan kembali, Tony pun mengaku, “Nyonya, ada yang ingin saya katakan, saya ingin tetap berteman dengan anda dan kita tak bisa berteman kalau saya tidak jujur. Sangat disayangkan saya tidak kenal suami anda dan saya tadi salah masuk ke pemakaman suami anda.” Janda ini pun meremas tangan Tony dan berkata “Kamu tak akan, tak mungkin, tak bisa tahu bertapa berartinya kehadiranmu pada pemakaman ini”.
Dapat kita pelajari dari cerita Tony Campolo, sering kita merasa berbohong itu lebih baik tapi tanpa kita sadari kita tak bisa memiliki relasi dengan sesama kita yang didasari dengan kebohongan. Tuhan ingin kita memiliki hubungan yang harmonis dengan sesama kita oleh sebab itu Beliau menginginkan kejujuran yang membawa pada kebenaran yang memerdekakan hubungan kita lebih dalam lagi. Hanya dalam hubungan yang didasari pada kepercayaan dan kejujuran kita bisa memiliki hubungan yang terbaik dengan sesama kita. Marilah kita Belajar untuk selalu jujur dalam segala keadaan dan memenuhi perintah Tuhan yang kesembilan ini.
Author – Lukman Setiawan