Iri Hati

The poison of Jealousy

Keluaran 20:17

Iri hati, dari manakah datangnya perasaan yang buruk dan sangat menjatuhkan ini? Saat memperhatikan bagaimana anak-anak kecil bermain, walau seorang anak memegang mainan yang paling canggih, namun jika temannya memiliki suatu barang yang tidak dia miliki, maka dia pun langsung berusaha merebut barang tersebut. Sampai-sampai ada slogan “rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput sendiri”.  Kenyataannya adalah sejak zaman penciptaan, Kain memendam dendam dan perasaan pahit saat persembahannya tidak diterima seperti Habel dan membangkitkan perasaan benci yang luar biasa, sehingga seorang kakak tega membunuh adiknya.

Ada seseorang yang mengatakan, “Bagaimana menangulanggi iri? Asal aku punya lebih dari teman -teman dan tetanggaku, maka aku tak akan pernah iri”.  Kita berpikir, egois sekali pernyataan ini, namun kenyataannya adalah perasaan ini yang sering kita muncul dalam diri kita.  Jika kita dengar teman kita punya mobil yang canggih, kita langsung berpikir, “Wow.. adaikan saja aku juga punya mobil itu”.  Jika sesama kita memperoleh kerjaan dengan gaji 6 digit, kita juga berpikir adai saja itu juga terjadi dengan aku.  Jika teman kita punya rumah besar di daerah yang exclusive, kita juga mulai berandai-andai.

Berandai-andai ini mungkin tidak berbahaya namun kalau kita pelihara terus pemikiran ini maka lama kelamaan akan timbul perasaan benci. Baik benci terhadap orang yang memiliki kelebihan itu maupun benci terhadap diri sendiri karena dibebani dengan perasaan tidak mampu.

Tuhan sangat sedih kalau kita memendam perasaan ini,  karena jika kita memendam perasaan ini kita akan seperti Kain yang pada akhirnya dalam kuasa kebencian dan rasa iri yang besar akan membuat kita melakukan kesalahan yang diluar akal kita.  Tuhan ingin kita bisa menikmati kehidupan yang telah disiapkan dan direncanakan Tuhan untuk kita nikmati. Bagaimanakah kita bisa menghindari diri dari perasaan iri ini?

Pertama, belajar untuk tahu apa itu hidup cukup.  Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi Pasal 4 ayat 11-13, Paulus mengajarkan untuk belajar hidup cukup.  Manusia banyak yang jatuh dalam depresi dan stress yang tidak beralasan, karena tak bisa belajar untuk hidup cukup.  Segala yang ada didunia ini adalah milik Tuhan dan Beliau memberi dan mengambil kepada semua ciptaannya.  Jika kita gagal untuk merasa cukup, itu berarti kita mencurigai pemberian Tuhan dalam hidup kita, bahwa Dia memberi yang terbaik bukan hanya memanjakan kita.  Jika orang lain memiliki lebih dari kita, kita harus bisa menerima bahwa mereka diberi terbaik sesuai dengan kebijakan dan kebaikan Tuhan.

Kedua, kita harus mengerti setiap berkat atau kelebihan yang diberi Tuhan, adalah hanya digunakan untuk membawa berkat pada orang lain.  Oleh sebab itu orang yang memiliki kelebihan, memiliki tanggung jawab untuk bisa memberkati lebih banyak.  Oleh sebab itu, kita telah diberi sesuai dengan kemampuan dan harapan Tuhan.  Lebih banyak bukan selalu lebih enak, namun lebih banyak berarti lebih dalam bertangung jawab.

Ketiga, belajar untuk mengucap syukur.  Kita sering merasa iri karena kita gagal untuk mengucap syukur dengan apa yang kita miliki.  Kita lebih sering melihat orang yang lebih dan gagal untuk melihat orang yang memiliki kurang bahkan jauh lebih kurang dari apa yang kita miliki.  Kalau kita mengucap syukur dengan apa yang kita punya, kita tak akan jatuh dalam perasaan iri yang menghancurkan.  Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki.

Artikel ini adalah artikel yang terakir dari 10 artikel mengenai 10 perintah Allah.  Sekali lagi perintah-perintah ini bukan kehidupan ideal namun kehidupan minimum yang harus bisa kita penuhi untuk hidup sebagai umat pilihan Tuhan.  Mari kita lebih dalam lagi dalam mengaplikasikan kesepuluh perintah ini.

Author – Lukman Setiawan

Jangan Berbohong

Is it really ok to lie?

Keluaran 20:16

Banyak hal yang dalam hidup kita perlu dididik sebelum kita mampu melakukannya: menyikat gigi, mengikat sepatu, menyetir mobil, dll. Namun anehnya kita tak perlu diajar untuk berbohong.  Hal tak perlu ada yang mengajar, sepertinya bagian dari manusia untuk berbohong.

Hal ini bukan sesuatu yang mengagetkan. Manusia jatuh dalam dosa karena dibohongi oleh iblis dan sejak saat itu dosa masuk dalam manusia dan dalam Kejadian 4:9 tanpa ada yang mengajar setelah Kain membunuh Habel dia pun berbohong, seakan-akan kita belajar langsung dari bapak segala pembohong, iblis.

Berbohong telah menjadi bagian dari manusia dan merupakan dosa yang paling gampang kita lakukan. Article ini akan mencoba membahas jenis-jenis berbohong dan mengerti apakah berbohong itu bisa diterima dihadapan Tuhan.

Jenis bohong pertama adalah bohong mutlak.  Jika orang membohongi uang orang lain, orang berpura-pura kudus namun hidupnya penuh dengan kudis, ini lah yang saya beri istilah berbohong mutlak.  Kita semua tahu hal ini akan merugikan dan menyakiti sesama kita.  Jelas sekali perintah Tuhan melarang kita untuk bersaksi dusta terhadap sesama kita, namun sering kita memakai topeng dan membohongi orang bahkan kita membohongi diri sendiri, kita harus belajar untuk membenahi hidup kita karena jika keadaan kita seperti demikian kita telah berdosa.

Kedua gosip, gosip adalah isu-isu yang tidak bisa dipercaya kebenaranya.  Manusia suka sekali akan gosip, ini dapat dibuktikan dengan besarnya industri gosip, baik dalam bentuk acara TV, majalah, situs internet, dll. Tuhan tidak suka dengan gosip, karena saat kita mendengar dan menyebarkan gosip, kita membantu menyebarkan bohong dan sering gosip itu lebih sering menyakiti orang yang bersangkutan dari pada membangun.

Ketiga white lies, white lies adalah bohong yang dilakukan dengan tujuan baik. Apakah white lies bisa diterima dihadapan Tuhan?  Alkitab menunjukkan beberapa contoh dimana orang berbohong tapi dipandang baik oleh Tuhan.  Seperti bidan-bidan di Mesir yang berbohong untuk menyelamatkan bayi-bayi Israel atau Rahab yang berbohong saat dia mau menyelamatkan pengintai yang diutus Yosua di kota Yeriko.  Tapi jika kita teliti contoh-contoh diatas bersangkutan dengan jiwa-jiwa dan tindakan yang mereka lakukan berdasarkan takut akan Tuhan.  Sering kita bohong hanya untuk kenyamanan, dari pada menjelaskan panjang lebar kita berbohong. Coba renungkan semua ‘while lies’ yang kita lakukan apakah itu berkenaan dengan keselamatan orang lain? Atau hanya untuk kenyamanan kita?

Memang sangat sulit untuk membedakan mana bohong yang bisa diterima atau tidak dan article ini tidak akan mencoba memberikan suatu rule of thumb semua bergantung pada situasi dan kondisi.  Namun satu hal yang pasti sebisa-bisanya kita harus belajar untuk jujur dalam relasi kita dengan sesama kita.

Tony Campolo bercerita tentang pengalaman white lies yang dia alami. Saat dia masih muda, dia dipaksa ibunya untuk menghadiri acara duka cita teman dekat ibunya.  Dia hadir di upacara pemakaman dan menundukkan kepalanya.  Saat dia melihat sekeliling dia, dia baru sadar bahwa dia satu-satunya orang yang hadir, maka dia pun melihat isi peti dan dia sadar dia masuk keruanggan yang salah. Saat dia mau keluar seorang ibu-ibu yang terlihat sedih dan terlihat putus asa memegang tangan Tony dan bertanya “Kamu teman suamiku yah?”, Dalam keadaan bingung dan merasa iba Tony pun menjawab “Iya, dia orang yang baik, semua orang yang kenal dia, sayang dia”  Setelah upacara pemakaman selesai, Tony pun menemani janda ini menguburkan peti itu.  Dalam perjalanan kembali, Tony pun mengaku, “Nyonya, ada yang ingin saya katakan, saya ingin tetap berteman dengan anda dan kita tak bisa berteman kalau saya tidak jujur. Sangat disayangkan saya tidak kenal suami anda dan saya tadi salah masuk ke pemakaman suami anda.” Janda ini pun meremas tangan Tony dan berkata “Kamu tak akan, tak mungkin, tak bisa tahu bertapa berartinya kehadiranmu pada pemakaman ini”.

Dapat kita pelajari dari cerita Tony Campolo, sering kita merasa berbohong itu lebih baik tapi tanpa kita sadari kita tak bisa memiliki relasi dengan sesama kita yang didasari dengan kebohongan.  Tuhan ingin kita memiliki hubungan yang harmonis dengan sesama kita oleh sebab itu Beliau menginginkan kejujuran yang membawa pada kebenaran yang memerdekakan hubungan kita lebih dalam lagi. Hanya dalam hubungan yang didasari pada kepercayaan dan kejujuran kita bisa memiliki hubungan yang terbaik dengan sesama kita. Marilah kita Belajar untuk selalu jujur dalam segala keadaan dan memenuhi perintah Tuhan yang kesembilan ini.

Author – Lukman Setiawan

Jangan Mencuri

Keluaran 20:15, Yohanes 10:10

Perintah ke-8 ini terlihat amat sederhana, “Jangan Mencuri”.  Kita yang kebanyakan diberkati dengan berkat fisik yang berkecukupan, sering berpikir bahwa kita tidak mengalami dorongan untuk mencuri.  Tapi apakah kita benar-benar tidak pernah mencuri? Apakah ini perintah yang paling ringan untuk dipenuhi? Untuk mengerti mencuri ada pertama kita perlu mengerti arti hak milik secara alkitabiah, tanpa adanya hak milik, tak ada yang dapat dicuri.

Alkitab mengajarkan bahwa semua hal didunia dan isinya adalah ciptaan Tuhan, oleh sebab itu tak ada satu hal pun didunia ini yang bukan merupakan milik Tuhan.  Kita sebagai ciptaan dan milikNya diberikan hak istimewah untuk mengolah kepunyaan Tuhan.  Posisi kita adalah seorang steward, seorang hamba yang diberi kuasa untuk mengatur hak milikNya. Oleh sebab itu kita harus bertanggung jawab terhadap kepercayaan Tuhan ini.

Jika kita mengerti hak milik adalah tanggung jawab yang diberi Tuhan kepada kita, perintah “jangan mencuri” akan lebih dari pada hanya sekedar merampok, mencopet, jambret, dll.  Segala tindakan kita yang mengangu kewajiban kita atau orang lain terhadap Tuhan adalah pelangaran terhadap perintah “jangan mencuri”.

Oleh sebab itu saat kita tidak memenuhi kewajiban kita sebagai pekerja, kita telah mencuri.  Suatu survey dinegara maju memberikan hasil bahwa dalam 8 jam kerja dalam sehari, rata-rata hanya 2 jam efektif dan 6 jam terbuang.  Ini adalah tindakan pencurian, sama saja dengan mencuri uang dari organisasi dimana orang tersebut dipekerjakan.

Namun yang sering tidak kita sadari adalah kita sering mencuri dari Tuhan kita.  Jika kita telah mengerti bahwa hak milik adalah kewajiban, jika kita mengabaikan kewajiban kita terhadap Tuhan, kita telah mencuri dari Tuhan kita. Kitab Malekhi adalah kitab yang ditulis untuk menegor umat Israel mengabaikan kewajiban mereka terhadap Tuhan.  Dalam ayat 3:8-10, firman Tuhan menegor dengan keras bangsa Israel menegenai kewajiban pelayanan mereka terhadap Tuhan.  Umat Israel bertanya “dengan cara bagaimana kita mencuri?” dan Tuhan menjawab dengan mengabaikan kewajiban mereka terhadap Tuhan, dalam context ini perpuluhan namun secara umum Tuhan mengigatkan kita akan kewajiban kita terhadapNya.

Masalah terbesar dari kegagalan orang dalam mentaati perintah ini adalah disebabkan kurang percayanya orang pada Tuhan.  Karena rasa kurang percaya ini, seseorang akan menjadi tidak puas terhadap apa yang telah Tuhan sediakan dan timbul keinginan untuk mendapatkan lebih dan lebih lagi, ini membuat orang tersebut menjadi rakus. Kemungkinan yang kedua yang terjadi pada orang yang kurang percaya adalah kekuatiran terhadap hidupnya sampai orang tersebut melupakan kewajibannya, baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama dan kehidupannya terfokus pada keegoisan diri.  Sering juga orang mencuri diri sendiri saat orang tersebut menyianyiakan potensi / talenta yang telah dipercayakan Tuhan untuk membangun kerajaannya disalah gunakan hanya untuk memuaskan nafsu.

Dalam Yohanes 10:10, Alkitab mengajarkan bahwa hanya iblis yang datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan.  Bagaimanakan dengan kehidupan kita? Apakah kita seorang steward yang baik yang bertangung jawab terhadap segala hal yang Tuhan percayakan kepada kita atau kita mau menjadi iblis yang egois yang hanya mencuri, membunuh dan membinasakan?

Marilah kita berikan rasa syukur kita yang terbaik dan yang layak bagi Tuhan kita. Jangan kita ‘mencuri’ apa yang layak dan seharusnya kita berikan pada Tuhan kita. Tuhan telah memberikan berkat yang cukup terhadap hidup kita, marilah kita belajar untuk menjadi steward yang baik.

Author – Lukman Setiawan

Jangan Berzinah

Keluaran 20:14, 1 Korintus 6:18

Pada pertengahan bulan Juni 2008 ada seorang penulis sekuler dalam sebuah koran besar di Sydney menuliskan bahwa posisi Gereja mengenai sex itu sudah tertinggal zaman. Gereja yang mengambil posisi bahwa sex itu ciptaan Tuhan dan orang yang memakai sex tidak pada tempatnya (diluar pernikahan) itu tidak bermoral dan tidak benar.

Beberapa hari setelah itu saya membaca juga response terhadap article itu, yang mengatakan pandangan gereja yang diangap ‘kolot’ itu adalah satu-satunya cara untuk memperbaiki keadaan moral orang zaman sekarang yang sudah bobrok ini.

Akhir-akhir ini juga ada berita yang menuturkan bahwa sudah lazim bagi anak-anak remaja di Melbourne untuk saling bertukar foto yang bersifat sexual terhadap lawan jenisnya. Menurut peneliti sosial dari Universitas Melbourne, penyebab utama dari kelakuan anak yang tidak bermoral ini adalah kemudahan anak zaman sekarang untuk mendapatkan hal-hal yang bersifat pornografi dari internet dan media yang lain.

Perintah ke tujuh dalam kitab Keluaran 20:14, Tuhan memerintah pada jemaat Israel untuk tidak berzinah. Kita sering berpikir bahwa ini hanya teraplikasi bagi mereka yang sudah berkeluarga untuk tetap setia dengan istri/suami mereka.  Namun jika kita renungkan hal ini juga berdampak terhadap semua orang.

Lalu apa artinya perintah ini bagi anak-anak muda yang belum berkeluarga? Pada kenyataannya segala tindakan sexual yang dilakukan diluar pernikahan adalah perjinahan. Yesus dalam Mat 5:28 mengatakan, jika dalam pikiran kita telah ada nafsu kita telah berjinah. Jadi segala perbuatan melihat majalah, film, gambar-gambar di internet yang bersifat pornografi adalah pelangaran terhadap perintah ini.

Pada umumnya orang yang melakukan dosa ini tidak akan merasa puas, bahkan setelah melakukannya orang tersebut akan merasa benci terhadap diri sendiri dan muak terhadap dirinya sendiri, mengapa bisa ada perasaan ini?

Alkitab mengajar dalam 1 Korintus 6:18 bahwa satu-satunya dosa yang merusak diri sendiri adalah dosa percabulan.

Seorang professor dari Princeton menjabarkan jika seorang manusia memakai sex hanya sebatas untuk memenuhi kepuasan fisik saja tanpa disertai dengan keintiman emosi, mental dan roh, maka keharmonisan tubuh, jiwa dan roh dari manusia tersebut akan hancur. Hancurnya keharmonisan ini menyebabkan manusia semakin menderita. Orang tersebut akan hidup dalam kebohongan, dan akan kehilangan kemampunan membedakan antara emosi yang nyata dan fantasi. Dalam jangka panjang orang tersebut akan kehilangan kemampuan untuk mencintai. (Pidato Professor Robert George berjudul “Why Integrity Matters”)

Lebih lanjut Charles Colson menjabarkan bagi manusia sex itu bukan hanya sebuah fungsi tubuh (seperti mulut untuk makan). Namun lebih dari pada itu, Alkitab mengajarkan bahwa manusia akan menjadi satu daging dengan adanya persekutuan dari tubuh, jiwa dan roh. Persatuan seperti ini hanya dimungkinkan dalam lingkup pernikahan saja. Jika manusia menurunkan derajat sex hanya sebagai semata-mata kesenangan, maka orang tersebut akan kehilangan kesempatan untuk mengalami persekutuan yang lebih dalam yang telah disediakan Tuhan bagi manusia dalam pernikahan.  Oleh sebab itu Alkitab mengajarkan dosa pencabulan dan penyelewengan dalam pernikahan adalah dosa yang merusak diri sendiri karena dosa menyebabkan orang hidup dalam emosi yang hampa dan menutup kemungkinan bagi seseorang untuk mengalami persekutuan emosi dan roh yang jauh lebih indah. Oleh sebab itu kita harus belajar untuk menempatkan sex pada tempat yang benar yaitu dalam pernikahan.

Beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk menghindar dari dosa ini. Pertama, cara untuk menangulangi dosa ini adalah LARI.  Seperti Yusuf lari pada saat dia digoda oleh istri Potifar demikian Paulus mengajar dalam 1 Korintus 6:18, Larilah. Jangan menghadapi atau mencoba ketahanan iman kita, Jauhkanlah semua itu. Kedua, carilah perkumpulan yang benar dan penuhilah kehidupan kita dengan aktifitas yang membangun. Ketiga, bangun altar kita, hubungan kita dengan Tuhan. Keempat focuskan diri kita pada persiapkan kita untuk menyambut pernikahan dengan menjadi orang terbaik bagi pasangan kita, dengan demikian kita akan mengalami persekutuan yang terindah dalam institusi yang ditetapkan Tuhan yang didalamnya kita yang dipersatukan akan dibentuk lebih indah lagi.

Author – Lukman Setiawan

Jangan Membunuh

Thy Shall Not Kill

Ulangan 5:17, Mat 5:21-25

Pada acts edisi Mei ini kita akan lebih lanjut membahas mengenai 10 perintah Allah, focus kita terletak pada perintah keenam, Jangan membunuh.  Jika kita membaca perintah ini banyak dari kita berpikir, ini peritah sangat jelas, dan sangat sederhana.  Pada umumnya pemerintah serta masyarakat internasional percaya akan nilai nyawa manusia dan perbuatan orang yang membantai manusia adalah perbuatan tidak bermoral dan patut dihukum. Hal itu benar, tapi bagaimana kita yang hidup dilingkungan yang secara relatif tak terjadi pembunuhan dapat mengaplikasikan firman ini?

Pertama saya ingin memfocuskan bahwa firman ini tidak berkata “jangan membunuh manusia”, tapi hanya sebatas “Jangan membunuh”. Apakah firman ini meminta kita semua menjadi vegan dan tidak membunuh hewan lagi?  Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan memberikan hewan sebagai makanan manusia dan Tuhan mengunakan hewan sebagai korban bakaran, jadi bukan kita tak boleh membunuh hewan.  Anehnya lagi, setelah perintah ini diturunkan, waktu bangsa Israel menduduki tanah Kanaan, berapa manusia yang terbunuh dalam pristiwa ini? Jadi apa maksud dari perintah Tuhan ini?
Membunuh di ayat ini berasal dari kata ibrani ratsach yang dalam bahasa Inggris adalah “Murder” atau membunuh dengan penuh kebencian dan membunuh dengan direncanakan juga dapat dikategorikan dalam ratsach ini. Ada beberapa applikasi dari ayat ini yang akan dibahas di article ini.

Pertama, rasa benci dan kepahitan kita.  Dalam kitab Matius 5:21-25, jelas sekali kita dijabarkan bahwa benar perintah jangan membunuh namun kalau dalam hati kita ada bibit kebencian terhadap sesama kita lebih baik kita menyelesaikan bibit kebencian ini.  Karena seberapa kecil pun kebencian atau sebal yang ada dihati kita, jika dibiarkan terus bibit ini akan bertumbuh dan ini akan menghalangi hubungan kita dengan Tuhan.  Rasa benci yang tertumpuk akan meledak dan kebanyakan dari kita tidak dapat mengontrol rasa benci ini dan cepat atau lambat rasa benci ini akan menghancurkan kita dan sesama kita.  Tuhan mau kita melepaskan rasa benci ini dan diubah dengan mengasihi sesama kita.

Kedua, membunuh dengan menyesatkan.  Membunuh disini juga mencakup tindakan kita yang menyesatkan.  Yesus sangat marah terhadap orang Farisi, karena semua ajaran dan hukum orang Farisi membuat orang sangat sulit untuk mendekat pada Tuhan.  Jika tindakan kita membuat orang semakin jauh terhadap Tuhan, secara tidak langsung kita telah menyesatkan sesama kita, dan kita telah melangar perintah keenam ini.  Dan jika kita cuek atau diam saja dan tidak pernah berusaha untuk mengajak orang yang kita kenal untuk mengenal Tuhan dengan diajak kegereja atau diinjili secara tidak langsung kita menyesatkan orang itu, bayangkan kalau ada orang tersesat dijalan dan bertanya pada kita, namun kita diam saja walau kita tahu jalan yang benar, apakah kita sama saja dengan menyesatkan orang itu?  Jadi jika kita dengan niat kita baik itu menyesatkan atau cuek membawa orang jauh dari pada Tuhan kita bertangung jawab terhadap kehidupan rohani orang tersebut.

Ketiga, membunuh dengan memadamkan.  Membunuh disini juga mencakup tindakan kita yang memadamkan semangat sesama kita dalam melayani Tuhan.  Saat kita sadar sesama kita rajin dalam melayani dan bersemangat, jika sikap kita tidak membangun dengan malas-malasan serta tak ada semangat, secara tak langsung sikap kita pasti mempengaruhi sesama kita dan sering ini memadamkan semangat yang ada.  Walau kalau kita mau kita bisa ikut ambil bagian, tapi kita menolak kita telah jatuh dalam melangar perintah ini.

Rasul Paulus dalam kitab Roma 13:9 merangkum bahwa perintah jangan membunuh ini bisa disimpulkan dengan mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri sendiri.  Kembali kita tak dapat mengasihi sesama kita jika kita tak mengasihi diri sendiri. Jadi jika ada kepahitan dalam diri kita atau jika kita tersesat dan tidak bertumbuh sama sekali dan kita tak melakukan apa-apa mengenai kondisi ini dan kita membiarkan semangat kita terpadam demikian, kita telah melangar perintah keenam ini.

Marilah bersama kita mematuhi perintah ini dengan mengasihi sesama kita dan mengasihi diri kita sendiri dan terus bertumbuh dalam Tuhan melalui pimpinan Roh Kudus dalam GerejaNya.

Author – Lukman Setiawan

Kuasa nama Tuhan

The Power of the name of God

Ulangan 5:11

Pada edisi Acts kali ini kita akan lebih lanjut mendiskusikan 10 perintah Allah.  Kehidupan kita akan menjadi lebih baik jika kita menghormati kesepuluh perintah ini. 10 perintah ini menuturkan hubungan dengan Tuhan dan juga dengan sesama. 4 perintah pertama merupakan hubungan kita dengan Tuhan dan 6 perintah lainnya adalah hubungan kita dengan sesama.  Edisi kali ini kita akan mendiskusikan perintah ketiga: Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan.

Nama merupakan bagian yang penting dalam kehidupan seseorang.  Oleh sebab itu kebanyakan orang tua, memikirkan dengan sangat dalam saat mereka memberi nama kepada anaknya. Mereka berdoa agar anaknya dapat terjadi sesuai dengan nama yang diberikan. Seseorang akan kehilangan identitas mereka jika mereka lupa siapa nama mereka dan orang akan merasa tidak special jika nama mereka tidak unik.  Dalam kitab Ulangan 5:11 Nama dalam bahasa aslinya  ini juga bisa diterjemahkan sebagai gelar atau title dan juga bisa diterjemahkan sebagai sesuatu yang memberikan kehormatan dan authoritas.  Orang didunia yang memiliki gelar akan dihormati oleh orang lagi.  Seseorang yang mengemban gelar PhD, bekerja dan mendedikasikan kehidupannya untuk sebuah research dan dia dihormati dengan gelar Doktor. Dan jika orang tersebut telah memiliki nama di profesinya maka dia akan diberi gelar Professor. Tuhan kita memiliki nama dan dalam nama Dia ada kuasa dan authoritas, jika kita pakai nama Tuhan dengan sembarangan, itu berarti kita tidak menghormati Tuhan dan tidak menghargai karya yang dia lakukan dalam kehidupan manusia.

Dengan nama kita juga bisa menditeksi juga hubungan antar 2 manusia.  Jika seseorang pria memangil “honey” kepada seorang wanita kita bisa menduka mereka adalah sepasang suami istri.  Jika kita tahu nama seseorang namun dia dipangil si “botak”, kita tahu bahwa itu bukan nama aslinya, kita bisa menduga bahwa hubungan antara kedua orang itu sangat dekat sehingga mereka bisa memanggil dengan nama akrab.  Sebaliknya jika kita masih memanggil penuh dengan kesopanan kita bisa menduga bahwa kedua orang tersebut pasti saling menghormati.

Tuhan memerintahkan agar kita tidak memakai nama Beliau dengan sembarangan. Sebelum kita mendiskusikan mengapa Tuhan memberikan perintah ini, kita harus mengerti sikap yang seperti apa yang memakai nama Tuhan dengan sembarangan. Kata sembarangan di ayat ini bisa berarti “untuk maksud berbohong”.  Maksudnya, jika kita berdoa dalam nama Yesus atau kita mengaminkan doa itu, tapi dalam hati kita tidak setuju, kita telah memakai nama Tuhan sembarangan.  Kita harus berhati-hati dalam memakai nama Tuhan.  Ayat ini juga bisa berarti “sia-sia”. Di zaman sekarang ini terutama di kebudayaan barat, nama Yesus sering dipakai dalam sumpah serapah.  Kita harus menjaga mulut kita untuk tidak memakai namaNya dengan sia-sia.

Dalam kita Ulangan jelas firman Tuhan mengatakah bahwa Orang yang memakai nama Tuhan dengan sembarangan, mereka adalah orang yang bersalah/berdosa.  Apakah Tuhan kita gila gelar sehingga NamaNya tidak boleh diutik-utik?  Atau Tuhan kita ini terlalu gampang tersinggung sehingga NamaNya tidak boleh dimain-main?  Saya yakin alasan perintah ini tidak sesederhana ini. Nama Tuhan menunjukkan hubungan kita dengan Tuhan.  Jika kita memakai nama Tuhan dengan sia-sia, itu bisa berarti ada masalah besar dengan hubungan kita dengan Tuhan.

Dalam perjanjian baru nama Tuhan memiliki tempat yang penting dalam kehidupan jemaat kristiani.  Paulus sering memakai nama Tuhan dalam suratnya, terutama saat dia sedang memberikan penekanan pada ajaran dia.  Dari surat-surat Paulus serta kitab injil, kita dapat mempelajari bahwa nama Tuhan kita memiliki kuasa yang luar biasa.  Nama Tuhan kita dapat memberikan keselamatan Kis 2:21, Rm 10:13.  Oleh nama Tuhan kita, kita juga dibenarkan 1 Cor 6:11 dan siapa yang datang dalam nama Tuhan mereka akan diberkati Mat 23:39.  Saat kita hormati nama Tuhan kita, kita menunjukkan hormat kita dengan Tuhan kita. Saat kita bela nama Tuhan kita, kita bela kehormatan Dia.  Dalam nama Tuhan kita akan beroleh berkat dan keselamatan. Pertanyaan yang penting apakah kita sering menyia-nyiakan nama Tuhan atau kita junjung tinggi, kita hormati dan kita sebarkan karena dalam nama Dia ada kuasa yang bisa menyelamatkan dunia ini.  Para rasul serta jemaat kristiani di jaman perjanjian baru serta jemaat kristiani di sejarah penyeberan kekristenan telah banyak berkorban untuk membawa dan memuliakan nama Tuhan kita, bagaimanakah dengan kita? Marilah kita bersama memuliakanlan Nama Tuhan kita.

Author – Lukman Setiawan

Thou shall not make image

Ulangan 5:8-10

Acts edisi sebelumnya, kita telah membahas mengenai 10 perintah Allah, dimana kehidupan kita akan menjadi lebih baik jika kita menghormati isi dari 10 perintah ini. Kita telah membahas latar belakang dari perintah ini dan juga membahas perintah pertama, yang menyadarkan kita bahwa Tuhan kita adalah ‘El-shadai’ di kehidupan kita. Pada edisi kali ini kita akan membahas perintah kedua, “jangan membuat bagimu patung…”

Alkitab kita menterjemahkan menjadi patung, namun sebagian besar dari terjemahan bahasa Inggris menterjemahkan kata ini menjadi “image” dan “idol”. Kedua terjemahan tersebut tidak salah, namun memnurut pendapat saya, kata “image” atau ilah itu lebih cocok karena ini juga mencakup patung, serta segala ilah-ilah lainnya.

Di masyarakat zaman sekarang, image itu sangat penting. Walau seseorang tidak memiliki uang atau ‘bokek’ namun saat menghadiri sebuah pesta orang tersebut pasti tampil seperti bintang film.  Kita sangat perduli bagaimana orang lain melihat kita, kita sangat memperhatikan pendapat orang lain terhadap diri kita. Bahkan kita ingin kita ini dipandang baik dimata semua orang dan kalau bisa sepanjang masa. Dalam proses menjaga image ini, kita sering kehilangan jati diri kita dan kita merasa tidak ada kebahagiaan didalam hidup kita. Mengapa hal ini terjadi? Karena secara tidak sadar kita telah membuat “image” seperti yang telah dilarang Tuhan dalam perintah kedua.

Perintah kedua ini mencakup lebih dari pada penyembahan terhadap patung saja. Diayat ke-8, jelas sekali Tuhan memerintahkan kita untuk tidak membuat “Image” yang menyerupai apapun di langit, dibumi dan air dibawah bumi. Singkatnya segala sesuatu yang ada di bumi ini, termasuk orang, imaginasi, khayalan, dll.

Dalam ayat 9, Tuhan memerintahkan kita untuk tidak sujud menyembah dan beribadah pada image tersebut. Sering secara tak sadar kita membuat image atau mengidolakan hal-hal didunia ini. Kita ingin bisa sukses seperti konglomerat itu, sukses seperti orang tua kita atau sukses seperti bos kita. Terkadang kita terpesona melihat kecantikan para selebriti, pakaian yang mereka pakai, gaya rambut mereka yang sedang trendy, Kita tergila-gila  dengan cerita mereka dan menjadikan mereka idola kita. Sampai-sampai kita pelajari teknik dan pedoman hidup orang tersebut dan kita ikuti semua gaya hidup orang tersebut. Kita beli buku mengenai kesukesan orang tersebut. Secara tak sadar kita mulai “beribadah” dan “menyembah” dan mendewakan orang/ tokoh tersebut.

Jika kehidupan kita mengejar ilah-ilah yang ada di dunia ini, dan impian hidup kita dipengaruhi oleh image-image ini kita tak akan bisa menemukan kebahagian yang sepenuhnya. Ayat ke-9 bagian kedua mengatakan bahwa Allah kita adalah Allah yang cemburu, dan Allah kita akan membalas kesalahan seseorang pada keturunannya.

Jika kita baca ayat ini kita sering menyimpulkan bahwa Allah kita adalah Allah yang sangat egois dan Allah yang pendendam. Namun kalau kita pikirkan lebih dalam lagi, mengapa Allah kita cemburu? Karena kita tak bisa mencampurkan antara Allah dan image yang lain di kehidupan kita. Dia sangat berbeda dengan dunia ini dan kita tak mungkin bisa memiliki keduanya. Kata cemburu dalam bahasa aslinya berakar dari kata marah. Allah kita marah jika hati kita mendua, mngapa Beliau marah? Karena Allah kita tahu jika kita mengejar image yang lain hidup kita akan hancur dan Dia sangat sedih melihat kehancuran hidup kita, oleh sebab itu Dia marah.

Apakah Allah kita pendendam? Mengapa kesalahan seseorang harus dibayar oleh keturunan orang tersebut? Tidak bisa disangkal bahwa cara berpikir, impian, aspirasi dari orang tua pasti memiliki peranan yang kuat dalam diri seseorang. Nilai, norma-norma yang paling dihormati oleh orang tua kita, pasti akan mempengaruhi  hidup kita. Jika seseorang ini mengejar dan menyembah image yang salah, kemungkinan besar keturunan orang ini akan terpengaruh. Oleh sebab itu jika image yang dikejar orang itu salah maka bukan hanya dia yang tidak dapat memperoleh kebahagiaan hidup, bahkan keturunan orang tersebut akan juga terpengaruh. Jadi secara otomatis kalau kita menjauhi Tuhan , yang merupakan sumber kehidpuan, maka kita akan mati dan merasa terkutuk. Bukan hanya kita saja yang terkutuk namun sampai keturunan kita.

Nama pelayanan kita adalah “Replique Ministry” kita memiliki tugas untuk membawa Tuhan kita sebagai image, idola, panutan dalam kehidupan semua orang. Ini adalah tugas yang mulia yang diberikan Tuhan kepada kita. Bagaimanakah cara orang lain dapat melihat Dia dalam kita? Dengan menjadikan Dia sebagai “Image” kita, Idola kita, Panutan kita. Kita pelajari apa yang Dia lakukan, Dia impikan, kita pelajari trendy menurut Allah, maka kita akan dapat menunjukkan Tuhan kita pada dunia ini. Ayat 10 dari pembacaan kita pada edisi ini menunjukkan janji dari Tuhan yang akan melimpahkan kasihNya pada kita yang mengidolakan Dia. Dan berkat bagi mereka yang terus berusaha mengenal Tuhan kita dengan membaca dan merenungkan firmanNya.

Saya yakin jika kita mengidolakan Tuhan kita, kehidupan kita akan dipenuhi dengan kasihNya dan kehidupan kita akan menjadi saluran kasihNya kepada orang lain.

Author – Lukman Setiawan

Jangan ada padamu allah lain dihadapanKu

Thy Shall Not…

Ulangan 5:1-8

Pada tahun 2005 salah satu tokoh politik Australia pernah mengajukan komentar, bahwa jika seseorang mengikuti 10 perintah Allah maka kehidupan orang tersebut akan menjadi lebih baik.  Media massa banyak yang menyerang tokoh politik ini dan banyak juga pihak yang berargumentasi mengenai komentar tokoh ini.  Apakah benar bahwa jika kita mengikuti 10 perintah Allah maka kehidupan kita akan lebih baik? Jawabannya tentu saja IYA.  Yesus Kristus, Tuhan kita pun mengenal, mendalami dan mematuhi perintah ini.

Apakah 10 perintah allah? 10 perintah ini tertulis dikitab Keluaran 20:1-17 dan Ulangan 5:1-21.  Hukum ini merupakan perjanjian bahwa Tuhan akan menjadi Allah mereka dan orang Israel akan menjadi umat pilihan Tuhan, jadi semacam pengangkatan atau ordinasi.  Menurut kitab Ulangan, firman ini langsung disampaikan kepada Musa digunung Horep dan diteruskan oleh Musa kepada seluruh umat Israel, serta di tuliskan dalam 2 loh batu yang ditulis dengan jari Tuhan.

Beberapa orang berpikiran bahwa 10 perintah Allah adalah kondisi ideal dimana jemaat Tuhan seharusnya bersikap.  Namun saya secara pribadi percaya bahwa 10 perintah Allah adalah kondisi minimum untuk menjadi umat pilihan Tuhan.  Dalam beberapa seri majalah Acts ini saya akan mendiskusikan 10 perintah Allah. Dalam seri pertama ini saya akan mendiskusikan perintah pertama.

Sebelum mendiskusikan secara lebih dalam, kita harus sadar mengenai beberapa fakta: Pertama sesuai dengan ayat 1 & 2 hukum ini ditulis untuk ditaati dan ditujukan pada semua jemaat Tuhan. Kedua pada ayat ke-3 dijelaskan bahwa hukum ini ditujukan pada kita pada waktu ini, bukan hanya nenek moyang bangsa Israel saja. Yesus tidak pernah datang untuk meniadakan hukum taurat, 10 perintah Allah ini pun harus ditaati kita semua sebagai pengikut Yesus.  Ketiga, hukum ini disampaikan langsung oleh Allah kita, umat Israel takut untuk bertemu dengan Allah karena Allah yang menunjukkan diri berupa api. Sayang sekali mereka kehilangan kesempatan bertatapan muka dengan muka dengan Allah dan dipenuhi kemuliaanNya.  Kita tak perlu takut dalam mendengar dan menaati peraturan ini karena kemuliaan Tuhan akan memenuhi kehidupan kita.

Hukum pertama: Jangan ada padamu allah lain dihadapanKu ayat 7. Di zaman itu bangsa Israel dikelilingi oleh bangsa-bangsa yang menyembah allah.  Pertama allah-allah bangsa Kanaan yang berpusat pada kesuburan dengan allah terbesarnya Baal.  Kedua bangsa Israel juga dipengaruhi oleh kebudayaan Mesir yang merupakan penyembah banyak dewa.

Kata allah di perintah pertama ini memakai kata “elohiym” yang berarti Tuhan yang maha kuasa. Tuhan tahu bahwa dalam perjalanan ke tanah perjanjian bangsa Israel akan dihadapkan pada allah-allah yang tidak memiliki norma yang baik, bahkan berpusat hanya pada perayaan kesuburan yang ditunjukan dengan aksi-aksi bejat seperti pelacuran bakti, percabulan, pengorbanan orang dan penyembahan-penyembahan bejat lainnya.  Tuhan tahu kalau allah-allah lain ini pasti menarik perhatian bangsa Israel, karena jalan-jalan mereka tidak disertai dengan kewajiban untuk menrubah diri dari jalan yang penuh dengan dosa kepada jalan Tuhan. Allah-allah ini memberikan jawaban yang menuju kepada kehancuran dan kerusakan moral dan kerusakan karakter bangsa Israel. Oleh sebab itu Tuhan berikan perintah tak ada allah lain dihadapan Yahweh.

Apakah kita memiliki allah lain? Apakah kita masih percaya dan menyembah dewa-dewa lain? Atau kita main-main dengan jimat serta kuasa kegelapan? Jangan sampai ada pada kita Allah lain selain dari pada Allah Abraham, Ishak dan Yakub yaitu Tuhan kita Yesus Kristus.

Kata Elohyim berarti “the greatest”, kata ini bisa berarti tempat dimana kita menaruh harapan terbesar, tempat kita melimpahkan kekuatiran kita, tempat kita bergantung.jadi dimanakah tempat ini? Allah kita atau harta kita? Allah kita atau karir kita? Allah kita atau keluarga kita? Jika ada hal lain yang membuat kita bergantung selain dari Allah kita telah melanggar perintah Dia yang pertama.  Walau kita baik-baik saja dan tak pernah merugikan orang namun kalau kita menaruh harapan kita pada hal lain, kita telah menyingkirkan Tuhan menjadi Elohyim kita. Dialah Elohyim kita, tempat kita bergantung, tempat kita menaruh harapan kita dan kita harus bisa memusatkan kehidupan kita pada Dia saja.

10 perintah Allah akan membuat kita menjadi umat Tuhan dan membuat kita menjadi manusia yang lebih baik. Pada article kali ini kita membahas latar belakang dari 10 perintah Allah ini dan juga membahas perintah pertama. Saya harap kita bisa mempelajari dan mentaati semua perintah ini. Dimulai dengan menjadikan Tuhan kita satu-satunya Elohyim dikehidupan kita.

Author – Lukman Setiawan