Family

Begitu banyak arti dari ‘Family’ atau ‘Keluarga’ yang diinterpretasikan oleh banyak orang, tetapi arti yang paling common diantara semuanya adalah ayah+ibu+anak itulah yang disebut ‘Family’. Suka atau tidak suka setiap dari kita pasti bagian dari ‘Family’. Kita tidak bisa memilih apakah kita datang dari ‘Family’ yang kaya atau kurang kaya. Kadangkala kita suka berpikir ‘mengapa saya tidak lahir dari ‘Family’ itu?’ Kadangkala ‘Family’ kita sendiri bisa membuat kita senang atau sedih, kecewa atau bahagia. Begitu banyak perasaan yang bisa kita rasakan sebagai bagian dari ‘Family’.

familySebenarnya ada  ‘Family’ yang jauh lebih penting daripada ‘Family’ yang ada di dunia ini. Dengan menjadi bagian dari ‘Family’ ini setiap dari kita mempunyai hak istimewa untuk menjadi anak raja. Siapa yang tidak mau jadi anak raja? ‘Family’ inilah yang dikatakan oleh Paulus kepada jemaat di Efesus, ‘the whole ‘Family’ in heaven and earth’ Efesus 3:15;  – ‘Family’ didalam Tuhan.

Mengapa kita perlu untuk menjadi ‘Family’ of God? Banyak hal yang bisa kita boleh terima dengan menjadi bagian dari ‘Family’ of God karena ‘Family’ inilah yang kekal. Sampai pada akhirnya setiap dari ktia tidak akan merasakan tears, sorrow, sufferings and painful.

Mengapa kita disebut ‘Family’ of God?

  • Sebagai ‘Christian’ kita disebut ‘Family’ karena mempunyai satu Bapa. Setiap ‘Christian’ mempunyai iman yang sama didalam Tuhan Yesus dan dibaptis dalam Kristus (Galatia 3:26) dan memanggil satu nama yaitu ‘Abba Bapa’ (Roma 8:15). Inilah ‘‘Family’’ kepunyaan Tuhan.
  • ‘Christian’ disebut ‘Family’ karena memuji satu nama.Bayangkan begitu banyak terjemahan Alkitab di setiap bahasa dan dialek, semua itu hanya untuk satu tujuan yaitu untuk mengenal Tuhan. Sebagai anggota Kristus, setiap ‘Christian’ perlu untuk mempunyai satu hati dan pikiran, bersukacita dalam satu Juruselamat yaitu Yesus Kristus sendiri. Inilah ‘‘Family’’ kepunyaan Tuhan.
  • ‘Christian’ disebut ‘‘Family’’ karena ada begitu kuat kemiripan yang ada. Setiap ‘Christian’ sejati pasti akan dipimpin oleh Roh Kudus sehingga membentuk karakter setiap individu. Setiap anggota dari ‘‘Family’’ ini membenci dosa, mempunyai satu keselamatan yang berasal dari Tuhan, berani untuk jadi beda dengan apa yang dunia tawarkan dan hidup di dalam kebenaran. Setiap dari kita pasti mempunyai perbedaan tetapi dari semua perbedaan yang ada hanya satu yang terpenting yaitu menjadi satu di dalam Tuhan. Inilah ‘‘Family’’ kepunyaan Tuhan.

Marilah setiap dari kita dapat menjadi bagian dari ‘‘Family’’ of God, tempat dimana kita menjadi belong to. Ingatlah tidak ada hal yang kekal diluar dari ‘‘Family’’ of God, tidak ada keselamatan melainkan kesia-siaan yang ada di dunia ini. Biarlah setiap dari kita mengakui Tuhan Yesus sebagai juruselamat dan menjadi bagian dari ‘The whole ‘Family’ in heaven and earth’.

Author – Vinny Bachtiar

Conquering Your Anger

Ketika diminta untuk menulis tentang “Menaklukkan Kemarahan”, yang terlintas di pikiran aku adalah “Bagaimana menulisnya? Sepertinya aku bukan orang yang sering marah” (oke…ada yang percaya??). Anyway, Tuhan Yesus pernah marah dalam Yohanes 2:15 ketika Bait Allah dijadikan tempat perdagangan, apalagi kita. Siapa yang belon pernah marah bisa segera menghubungi pastor lokal kita untuk merangkum buku dengan judul “Mencegah Kemarahan”. Namun apakah itu berarti kemarahan boleh ditoleransi? Beberapa artikel menulis bahwa kemarahan akan melahirkan kepahitan dan kepahitan akan merusak kehidupan anda dan orang-orang di sekitar anda dan hubungan anda dengan Tuhan.

Apakah kita diijinkan marah? Tentu saja. Tapi seringkali kita marah untuk alasan yang keliru. Kita perlu belajar dari contoh Tuhan Yesus marah di atas tadi, dan tentu saja penting untuk belajar memaafkan. Terlepas dari alasan kita marah, ada beberapa tips yang bisa jadi acuan untuk menaklukkan amarah anda. Di Efesus 4:26 Paulus menulis “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa, janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu”. Sebelum kemarahan mengambil alih emosi dan pikiran sehat kita, kita harus bisa mengontrol diri kita terlebih dahulu. Pukul bantal keras-keras, menangis sendiri di kamar, atau bahkan jogging untuk melampiaskan amarah, tapi yang paling penting jangan lupa berdoa. Kimberly Floyd menulis bahwa sesuai Yesaya 26:3 “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya”, Tuhan menjanjikan kedamaian jika kita datang kepada-Nya.

Setelah darah turun dari ubun-ubun kita bisa mencari tahu akar dari kemarahan kita. Biasanya, kita marah karena hal tidak sesuai dengan keinginan kita. Kita harus jujur pada Tuhan, mengapa kita marah? Apakah karena orang lain berbeda pendapat dengan kita atau karena rencana Tuhan tidak sesuai dengan kemauan kita? Ketika kita marah pada Tuhan, kita harus berani mengakuinya dan kita harus minta ampun pada-Nya. Ingat bahwa Tuhan mengasihi kita (1 Yohanes 4:8) dan rencana-Nya indah bagi kita (Yeremia 29:11). Lalu, bagaimana kalau kita dongkolnya sama orang lain? Mendiskusikan permasalahan kita dengan orang yang kita dongkolin bisa jadi awal yang baik. Tapi, dengan sikap yang lembut (Amsal 15:1 “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan amarah”). Kita bisa mengungkapkan perasaan kita, tetapi tidak menempatkan lawan bicara kita di posisi defensif. Fokus kita pada solusi dari permasalahan kita dan yang penting adalah memaafkan (Efesus 4:32 “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu”).

Selamat mencoba dan jika punya tips-tips lain bisa juga dibagikan.

Author – Levi Sunaryo

Sepotong surat dari Charlie Chaplin untuk putrinya, Geraldine Chaplin

“Geraldine putriku, aku jauh darimu, namun sekejap pun wajahmu tidak pernah jauh dari benakku. Tapi kau dimana? Di Paris di atas panggung teater megah? Aku tahu ini bahwa dalam kehengingan malam, aku mendengar langkahmu. Aku mendengar peranmu di teater itu, kau tampil sebagai putri penguasa yang ditawan oleh bangsa Tartar.

Geraldine, jadilah kau pemeran bintang namun jika kau mendengar pujian para pemirsa dan kau mencium harum memabukkan bunga-bunga yang dikirim untukmu, waspadailah. Duduklah dan bacalah surat ini… aku adalah ayahmu. Kini adalah giliranmu untuk tampil dan menggapai puncak kebanggan. Kini adalah giliranmu untuk melayang ke angkasa bersama riuh suara tepuk tangan para pemirsa. Terbanglah ke angkasa namun sekali-kali pijakkan kakimu di bumi dan saksikanlah kehidupan masyarakat. Kehidupan yang mereka tampilkan dengan perut kosong kelaparan di saat kedua kaki mereka bergemetar karena kemiskinan. Dulu aku juga salah satu dari mereka.

Geraldine putriku, kau tidak mengenalku dengan baik. Pada malam-malam saat jauh darimu aku menceritakan banyak kisah kepadamu namun aku tidak pernah mengungkapkan penderitaan dan kesedihanku. Ini juga kisah yang menarik. Cerita tentang seorang badut lapar yang menyanyi dan menerima sedekah di tempat terburuk di London. Ini adalah ceritaku. Aku telah merasakan kelaparan. Aku merasakan pedihnya kemiskinan. Yang lebih parah lagi, aku telah merasakan penderitaan dan kehinaan badut gelandangan itu yang menyimpan gelombang lautan kebanggaan dalam hatinya. Aku juga merasakan bahwa uang recehan sedekah pejalan kaki itu sama sekali tidak meruntuhkan harga dirinya. Meski demikian aku tetap hidup.

Geraldine putriku, dunia yang kau hidup di dalamnya adalah dunia seni dan musik. Tengah malam saat kau keluar dari gedung teater itu, lupakanlah para pemuja kaya itu. Tapi kepada sopir taksi yang mengantarmu pulang ke rumah, tanyakanlah keadaan istrinya. Jika dia tidak punya uang untuk membeli pakaian untuk anaknya, sisipkanlah uang di sakunya secara sembunyi-sembunyi.

Geraldine putriku, aku telah memerintahkan kepada wakilku di Paris untuk memberikan sejumlah uang untuk keperluanmu tanpa menanyakan kebutuhanmu. Namun bila engkau punya pengeluaran untuk orang lain, maka engkau harus mengirimkan bukti pembayarannya.

Geraldine putriku, sesekali naiklah bus dan kereta bawah tanah. Perhatikanlah masyarakat. Kenalilah para janda dan anak-anak yatim dan paling tidak untuk satu hari saja katakan: “Aku juga bagian dari mereka”. Pada hakikatnya kau benar-benar seperti mereka. Seni sebelum memberikan dua sayap kepada manusia untuk bisa terbang, ia akan mematahkan kedua kakinya terlebih dahulu. Ketika kau merasa sudah berada di atas angin, saat itu juga tinggalkanlah teater dan pergilah ke pinggiran Paris dengan taksimu. Aku mengenal dengan baik wilayah itu. Di situ kau akan menyaksikan para seniman sepertimu. Mereka berakting lebih indah dan lebih menghayati daripada kamu. Bedanya di situ tidak akan kau temukan gemerlap lampu seperti di teatermu. Ketahuliah bahwa selalu ada orang yang berakting lebih baik darimu. Engkau juga perlu tahu bahwa tidak pernah ada salah satu anggota keluarga Chaplin yang begitu sombong mencerca seorang pengemis atau seorang senniman di sekitar Paris.

Geraldine putriku, aku mengirimkan cek ini untukmu, belanjakanlah sesuka hatimu. Namun ketika kau ingin membelanjakan dua franc, berpikirlah bahwa franc ketiga bukan milikmu. Itu adalah milik seorang miskin yang memerlukannya. Jika kau menghendakinya, kau dapat menemukan orang miskin itu dengan sangat mudah. Jika aku banyak berbicara kepadamu tentang uang, itu karena aku mengetahui kekuatan ‘anak setan’ ini dalam menipu…..

Aku tinggal lama di tempat sirkus, dan aku merasa khawatir setiap kali melihat para pemain akrobat yang bergantungan pada tali yang tipis dan bergetar. Namun putriku, aku harus mengucapkan sebuah realita padamu bahwa rakyat kokoh berdiri di atas bumi yang luas, tapi lebih banyak yang terjatuh ketimbang para pemain akrobat yang bergantungan di tali itu.

Geraldine, ini ayahmu tengah berbicara denganmu. Mungkin suatu malam gemerlap ada sebuah berlian paling mahal di dunia yang menipumu. Pada malam itu, berlian tersebut menjadi tali yang tidak kokoh di bawah kakimu dan kejatuhanmu sudah pasti terjadi… Suatu hari ketika seorang bangsawan tampan secara licik menipumu, agar engkau bermain dengan tali sirkus, maka perlu kau ketahui bahwa para pemain amatir tali sirkus bakal terjatuh.

Jangan tambatkan hatimu pada emas dan perhiasan lainnya. Berlian paling besar di dunia ini adalah matahari yang bersinar menyinari seluruh alam. Namun bila suatu hari engkau menambatkan hatimu kepada seorang pria yang punya hati bak mentari, satukan hatimu dengannya, cintailah ia dengan sunguh-sungguh dan apa yang engkau lakukan itu sebagai kewajiban. Dia lebih layak mendefinisikan cinta yang berarti satu hati, ketimbang aku…

Putriku, seorang wanita tidak layak menelanjangi dirinya karena seseorang dan sesuatu apa pun itu… Ketelanjangan adalah penyakit zaman kita. Menurut pendapatku, tubuhmu hanya menjadi milik seseorang yang rohnya telanjang untukmu.

Geraldine putriku, masih ada banyak hal yang akan aku ceritakan kepadamu, namun aku akan menceritakannya di kesempatan lain. Dan aku akhiri suratku ini dengan;
“Jadilah manusia, suci dan satu hati; karena lapar, menerima sedekah, dan mati dalam kemiskinan, seribukali lebih mudah dari pada kehinaan dan tidak memiliki perasaan”.”

(Dodi Putra Artawan, diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN http://pentas-kesaksian.blogspot.com)

Well, Charlie Chaplin memang menerima baptisan anak di gereja dan dibesarkan dengan latar belakang Kristen, tetapi secara tradisional dia tidak aktif dalam kehidupannya sebagai orang Kristen. Beberapa orang melihat bahwa Charlie Chaplin adalah seorang agnostic, singkatnya sebagai seorang atheis atau non-religius, dalam sebagian besar masa hidupnya. Bukan karena dia tidak memeluk agama berarti Charlie Chaplin seorang yang jahat dan keputusannya memeluk agama atau tidak merupakan hak pribadinya.

Matius 7:9-11 mengatakan “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”

Sekali lagi, bukan berarti Charlie Chaplin atau orang yang tidak beragama adalah orang jahat. Tetapi, kecenderungan manusia adalah berbuat jahat dan hidup dalam dosa. Charlie Chaplin, yang notabene manusia biasa dan hidup tidak mempercayai Allah Bapa bisa mengasihi putrinya sedemikian rupa dan tidak ingin Geraldine jatuh ke jalan yang keliru. Terlebih lagi Bapa sendiri yang menciptakan kita dan rela mengorbankan anak-Nya yang tunggal untuk kita semua.

Author – Levi Soenaryo

Being a Father

Being a father, I have learnt some things:

  1. I learnt that the most important thing I could do, as a father is to set the right example /be the right role model for my children.

Just like God who is our eternal Father. Through Jesus Christ, He set the right example for us of how to live on earth. He is our perfect role model and to Him we ask for guidance. He shows us the way.

Jesus answered, “I am the way and the truth and the life. No one comes to the Father except through me.

John 14:6 

  1. As a father, I know now why God doesn’t answer our prayers, or so we thought.Just like I would not buy toys that Talia wants when she saw it in the store, It is because she does not need more toys.

God answers our prayers, it is a matter of whether we need, not want, Him to answer it next day, next week, next year or any other time. God answers our prayers in His time. God knows when to give what is needed to His children, just like I know when I have to give what is needed to Talia.

“Which of you, if his son asks for bread, will give him a stone? 10Or if he asks for a fish, will give him a snake? 11If you, then, though you are evil, know how to give good gifts to your children, how much more will your Father in heaven give good gifts to those who ask him

 Matthew 7:9-11 

  1. As a father, I know I could never force my children to love/obey me.

If I force them, they will be rebellious instead. God knows this very well too. He gives us freedom to love or not love Him, to obey or not to obey Him; to follow or not to follow His commands. He never forces us to do something; He let us choose what we want. He does wants us to obey Him out of love, just like I will be happy when my children obey me out of love, not fear nor force.

Whoever has my commands and obeys them, he is the one who loves me. He who loves me will be loved by my Father, and I too will love him and show myself to him.”

John 14:21 

  1. I learnt that it is the hardest thing to discipline your children.You don’t want to do it, but you know you have to, for your children’s own sake/goodness.

Same like God who doesn’t want us to go through the not-so-lovely experiences in life, but He knows we need it so that we learn that only in Him we can live. True love rebukes.

And you have forgotten that word of encouragement that addresses you as sons: “My son, do not make light of the Lord’s discipline, and do not lose heart when he rebukes you,  6because the Lord disciplines those he loves, and he punishes everyone he accepts as a son.”[a]  7Endure hardship as discipline; God is treating you as sons. For what son is not disciplined by his father? 8If you are not disciplined (and everyone undergoes discipline), then you are illegitimate children and not true sons.

 Hebrews 12:5-8 

  1. A child is a blessing, no matter how rebellious they are.

I will always think my children as blessings, regardless how naughty they are. God also view us in the same way. Even though we have done many wrongs to Him, He always open up His arms widely and willing to extend His forgiveness at any time. We are His blessings and never His curse.

 

“For God so loved the world that he gave his one and only Son,[a] that whoever believes in him shall not perish but have eternal life.

John 3 :16

Author – Lukman Setiawan

Oxford Murders

Pada kesempatan kali ini kita kan mengulas sebuah film mengenai misteri pembunuhan berjudul “Oxford Murders”. Film ini mengisahkan seorang pemuda bernama Martin (diperankan oleh Elijah Wood) yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Oxford. Penyebab utama kedatangan Martin ke Oxford adalah seorang profesor bernama Arthur Seldom yang sekaligus adalah guru yang dikagumi oleh Martin.

Secara kebetulan keduanya bertemu di rumah nyonya Eagleton dan menemukan bahwa nyonya Eagleton baru saja dibunuh. Petunjuk yang ada hanyalah kertas bergambar lingkaran. Kedua orang tersebut terpaksa memutar otak untuk menemukan sang pelaku karena polisi mencurigai mereka sebagai pembunuh nyonya Eagleton. Dengan kepandaian Martin, keduanya berhasil membuat hipotesa tentang petunjuk pembunuhan dan menemukan bahwa lingkaran adalah simbol pertama dari pembunuhan berantai yang akan terjadi.

Tak disangka keduanya tidak mampu menghentikan pembunuhan berantai yang terjadi. Di akhir cerita, Martin mengetahui bahwa dalang pembunuhan berantai ini adalah Seldom. Dia membunuh nyonya Eagleton atas permintaan putri nyonya Eagleton sendiri. Namun karena hipotesa Martin, Seldom mendapat ide untuk menutupi kejahatannya dengan membuat seolah-olah ada pembunuh berantai yang ingin membunuh Seldom dengan menghabisi orang-orang terdekat Seldom terlebih dahulu. Seldom pun membunuh orang-orang tersebut agar hipotesa Martin berhasil dan kesalahannya dilimpahkan kepada orang lain.

Seldom pun berkata kepada Martin bahwa “perfect crime” bukanlah tindakan kriminal yang tidak terpecahkan melainkan tindakan kriminal yang dipecahkan dengan tersangka yang salah.

Mendengar penjelasan Seldom, Martin pun tak mampu untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepada polisi karena dia merasa bahwa dia telah ikut ambil bagian dalam merencanakan pembunuhan berantai ini. Misteri pembunuhan ini pun akhirnya menjadi rahasia mereka berdua.

Melalui film ini, Acts ingin mengingatkan bahwa perasaan bersalah dapat menghalangi kita dalam melakukan apa yang benar. Seringkali kita menunda untuk bertobat atau mendekat kepada Tuhan karena iblis menuduh kita dengan semua dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Kita perlu ingat bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang penuh kasih dan Dia akan mengampuni dosa kita asalkan kita mau mengakui dan benar-benar bertobat.

Author – Kristian Santosa

What Is A Leader?

Leaders, sebuah kata yang sering kita jumpai di kehidupan ini. Di setiap aspek dunia kita mendapatkan kata ini. Contohnya, di dunia bisnis ada “Market leader”, Obama president US saat ini disebut sebagai “US Leader”, ditempat kita bekerja juga ada yg namanya “Team Leader” dan lain-lain. Tetapi seberapa banyak dari kita yang mengerti arti “Leader” itu sendiri? Dunia selalu mencari leaders, sayangnya demand tidak sesuai dengan supply. Fakta membuktikan bahwa dunia ini kekurangan leader!

Banyak scholar juga masih mencari definisi leader itu sendiri dan kita mendapatkan debat dan diskusi yang berkepanjangan tentang “Leader”. Dimana-mana kita bisa mendapatkan seminar-seminar tentang menjadi seorang leader. Kalau kita google “what is a leader” apakah hasilnya?? 40 million plus entries!!! Dunia juga dibanjiri dengan berbagai macam arti ataupun philosophy tentang “Leader”. Kitapun selalu mencari leader untuk diikuti. Tidak bisa dipungkiri, kita pun pasti menjadi leader didalam kehidupan kita masing-masing, tetapi sayangnya kita tidak tahu apakah “Leader” itu sendiri.

Leadership merupakan bagian yang penting didalam kehidupan kekristenan. Setiap dari kita dipanggil olehNya untuk menjadi seorang Leader. Ulangan 28:13 berkata “Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,”. Allah ingin menjadikan kita sebagai seorang leader bukan hanya sebagai orang yang menjadi ekor atau pengikut. Oleh karena itu kita harus mengerti apakah Leader itu menurut firman Allah.

“Christian Leader is someone who is called by God to lead; Leads with & through Christlike character & demonstrates the functional competencies that permit effective leadership to take place”. Melalui definisi ini kita belajar 5 bagian tentang Christian leadership. bagian pertama adalah Leader and His God. Hal pertama yang perlu kita ketahui tentang Christian Leadership adalah Tuhan kita. Kita perlu mengetahui dan percaya kepada Allah kita. Kita perlu mempelajari tentang keunikan Allah yang adalah Allah Tritunggal, Allah pencipta, Kasih dan yang menjadikan kita manusia. Seorang Christian Leader haruslah menjadi seorang “God Seeker”. Tuhan merupakan faktor utama didalam Christian leadership. Tanpa Tuhan, segala sesuatu hanya menjadi sia-sia.

Bagian kedua membahas tentang karakter Tuhan. Karakter Tuhan yang kudus, murah hati, setia, dan humility. Karakter ini penting untuk kita miliki sebagai Christian leader, karena melalui karakter-karakter inilah kita memimpin. Bagian ketiga membahas tentang relationship antara manusia, dimana kita belajar  tentang 2 tipe orang yaitu safe dan unsafe. Bagian keempat membahas Roh Kudus yang memberikan kuasa kepada kita untuk memimpin. Dan bagian yang terakhir adalah tugas-tugas kita sebagai seorang christian leader. Melayani, berdoa, menjadi gembala, dan menjadikan orang sebagai murid-muridNya.

Setiap dari kita dipanggil olehNya untuk menjadi seorang leader. Pertanyaannya adalah apakah kita mau dibentuk olehNya untuk menjadi leaderNya? Leader tidak dibentuk dalam sekejap, tetapi merupakan hasil dari pembentukan disetiap saat kehidupan kita. Tuhan sudah merencanakan sebuah pekerjaan yang mulia untuk setiap dari kita di dunia ini. Marilah kita menjawab panggilanNya menjadi seorang Leader, karena dunia ini membutuhkan leader-leaderNya untuk mengenal kasihNya. Difficulties and challenges will rise but remember that God always be with us! Haleluya. Amin.

Author – Johan Tanuwijaya

Friends: God’s Gift For Us

Disadari atau tidak, setiap dari kita ingin untuk punya sahabat sejati: seseorang yang bisa mengerti kita, seseorang yang siap sedia dan selalu ada waktu kita membutuhkan pertolongan, seseorang yang menerima kita apa adanya, yang selalu mau dengerin kita, yang selalu mau nemenin kita kalau kita butuh teman, dst, dst. Tetapi seperti itukah seorang sahabat sejati? Dulu saya berpikiran demikian, sampai saya bertemu dengan sahabat sejati kita semua, Yesus Kristus.

Saya yakin sedalam-dalamnya kalau Yesus mengerti kita: Dia tahu kalau kita ini terbuat dari debu dan manusia berdosa, Yesus juga selalu siap sedia dan selalu ada waktu kita membutuhkan pertolongan: tangan-Nya tidak terlalu pendek untuk menolong kita, Yesus juga menerima kita apa adanya: Yesus mati bagi kita waktu kita masih berdosa dan jauh dari Dia, Yesus juga selalu ada kalau kita butuh teman: kemanakah kita dapat menjauhi Dia? Ke ujung bumi? Dia ada di sana. Ke dunia orang mati? Dia juga ada di sana. Yesus mengasihi kita semua, dan karena Yesus mengasihi kita semua, Ia juga mau kita menjadi seseorang yang lebih baik dalam karakter kita.

Ada beberapa hal yang saya pelajari melalui Yesus tentang seorang sahabat sejati. Seorang sahabat sejati memberikan teguran kalau kita salah, walaupun itu berarti ada resiko untuk ditolak, untuk didiemin, dsb. Tetapi tegoran itu penting. Ada hal-hal yang saya lakukan atau sikap-sikap saya terhadap sesuatu atau seseorang yang sekarang saya sesali, I wish I’d never done that, I wish I was not like that when that happened. Dan sekarang justru saya berpikir: seandainya dulu ada orang yang menegor saya, yang bilang sikap saya salah, yang kasih tahu saya.

Seorang sahabat sejati kadang perlu menahan diri dari menolong. Ada kalanya kita melakukan kesalahan dan kita perlu menanggung akibat-akibat dari kesalahan kita agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. Dan sahabat sejati akan menahan dirinya untuk menolong kita sampai kita sadar akan kesalahan kita dan tidak mau mengulang lagi.

Sahabat sejati memaafkan. Ada satu hal yang saya pelajari dari Yesus tentang memaafkan. Kadang kesalahan kita membuat hidup kita menjadi amburadul, apa yang kita mau tidak kita miliki, semua yang kelihatannya baik seolah-olah diambil dari kita. Saya percaya kalau Yesus sanggup mengubah situasi apapun, bahkan sanggup untuk memberikan apa yang saya mau karena Dia adalah Allah. Tetapi seringkali saya tahu kalau Dia telah memaafkan saya karena Dia mengajar saya untuk memaafkan diri saya, meninggalkan apa yang sudah terjadi, dan menolong saya untuk menerima kenyataan.

Sahabat sejati mendoakan. Mendoakan sahabat-sahabat kita itu sangat penting. Kalau kita membaca kehidupan Yesus dalam Alkitab, kita melihat Dia berdoa untuk sahabat-sahabat-Nya. Dan saya yakin, setiap kali Yesus berdoa, Dia pasti mendoakan sahabat-sahabat-Nya. Saya belajar, berdoa untuk sahabat-sahabat kita itu tidak hanya waktu mereka dalam masalah, atau waktu mereka butuh pertolongan Tuhan saja. Tetapi juga waktu keadaan mereka baik-baik saja. Saya rasa, waktu kita berdoa buat sahabat-sahabat kita, Allah menambahkan kasih kita untuk mereka dan mempererat persahabatan ini.

Ada banyak hal lain yang saya belajar melalui Yesus tentang persahabatan. Tetapi satu hal ini saya tahu dengan pasti: dasar dari persahabatan kita dengan orang lain haruslah Yesus Kristus itu sendiri. Karena melalui Yesus Kristus kita belajar, pertama-tama, untuk mempunyai seorang sahabat. Kita belajar untuk menjadi rendah hati sehingga kita bisa mendengar tegoran, kita belajar untuk melihat hal-hal yang kita alami dari sudut pandang orang lain, kita belajar untuk menghargai sahabat-sahabat yang Tuhan telah berikan dalam kehidupan kita.

Melalui Yesus kita juga belajar bagaimana menjadi seorang sahabat. Kita tahu bagaimana kita harus menolong karena kita pernah ditolong, kita tahu bagaimana kita harus menegor dengan kasih karena kita pernah ditegor dalam kasih, kita tahu bagaimana harus setia karena Yesus selalu setia kepada kita, kita dapat mengasihi sahabat-sahabat kita karena kita telah lebih dahulu dikasihi.

Akhir kata, bersahabat itu adalah hal yang paling membangun diri kita. Bukalah hati kita untuk persahabatan. Pertama-tama untuk persahabatan dengan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Kemudian, biarkan Dia membawa orang-orang untuk bersahabat dengan kita. Dan nikmatilah hadiah persahabatan yang Tuhan berikan dalam hidup kita ini.

Author – Iin Hendra

Ujian

Setiap tahunnya, waktu masih sekolah, ada 3 kali masa stress yang harus dihadapi yaitu masa ujian untuk setiap catur-wulan (jaman saya sekolah dulu, ada 4 bulan per semester, jadinya ada 3 kali semester di setiap tahun). Dan biasanya waktu-waktu ini adalah waktu-waktu yang paling saya tidak suka. Dan sering kali membayangkan betapa senangnya hidup tanpa adanya ujian…. Baik ujian naik kelas maupun ujian-ujian lainnya. Ah, betapa senangnya hidup tanpa ujian….

Kemudian saya pun masuk kuliah, dan kembali adanya masa-masa menyebalkan yang harus dihadapi yaitu masa ujian, untuk kali ini untung tidak lagi 3 kali masa ujian ini terjadi setiap tahun, yang ada sekarang hanya 2 kali saja per tahunnya. Walaupun demikian, tetap saja ujian adalah waktu yang tidak menyenangkan, kurang tidur, tidak bisa main game, atau nonton TV… Ah, betapa senangnya hidup tanpa ujian….

Saya berpikir setelah selesai kuliah, tidak akan ada lagi yang namanya ujian. Tetapi sayang sekali bukan itu yang terjadi, setelah selesai kuliah, malah kadang kala masa-masa ‘ujian’ itu tetap saja ada, yaitu ‘ujian kehidupan’, masalah, problem, dan hal-hal menyebalkan lainnya.

Kadang kala saya berpikir, Why God? Mengapa Engkau memberikan kepada ku banyak sekali tantangan di hidup ini. Kita sering kali menginginkan hidup yang santai, hidup senang, dan tidak mau apa yang namanya ujian atau tantangan.

Adanya ujian ataupun pencobaan itu sebenarnya adalah hal yang Tuhan ijinkan agar kita semua dapat bertumbuh dan menjadi lebih dewasa. Dan bahkan Tuhan menginginkan agar kita dapat ‘lulus’ dari ujian-ujian kehidupan yang harus kita hadapi agar kita semakin bertumbuh dan semakin kuat dan semakin rely on God.

Alkitab di dalam surat Yakobus 1:12 berkata : Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.

Ujian yang harus kita hadapi sewaktu bersekolah adalah salah satu cara yang dipakai oleh guru kita untuk melihat apakah kita sudah mengerti pelajaran yang telah diajarkan, tanpa adanya ujian atau assignment, sama saja dengan lulus sekolah tanpa ijazah atau lulus sekolah dengan ijazah ‘tembak’.

Sama dengan perasaan sukacita pada saat kita lulus ujian sekolah, pada saat kita lulus atas ujian-ujian ataupun pencobaan-pencobaan di kehidupan ini, akan adanya sukacita dan kebahagiaan yang luar biasa yang dapat membawa kita selangkah lagi di dalam kedewasaan kita, seperti yang tertulis di Yakobus 1:12 tadi.

Apakah yang harus kita lakukan pada saat adanya ujian dan pencobaan?

Hal yang pertama adalah untuk terus mempunyai iman di dalam Kristus, berjaga-jaga dan berdoa agar Tuhan akan deliver kita dari masalah, ataupun ujian kehidupan yang kita sedang hadapi. Mar 14:38 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

Percayalah bahwa Tuhan Allah kita mengijinkan ‘ujian’ ini kita alami karena Ia, yang adalah Maha Tahu, mengetahui bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kita dicobai Ia akan memberikan kepada kita jalan ke luar, sehingga kita dapat menanggungnya. (I Kor 10:13)

Kemudian hal berikutnya adalah untuk endure di dalam Tuhan, setia di dalam Tuhan, untuk bertahan didalam ujian atau pencobaan itu. Jangalah kita lari atau bersembunyi, melainkan biarlah kita boleh menghadapi ujian ini dan endure. Pada saat kita lari atau bersembunyi, berarti kita belom ‘lulus’, dan kalau kita belom lulus, sama seperti yang terjadi di sekolah kalau kita belom ‘lulus’, kita akan dihadapi kembali dengan ‘ujian susulan’, ujian yang sama. Kita mungkin akan dihadapi kembali oleh persoalan yang sama dan kita tidak akan dapat lulus dan ‘stuck’ kalau kita tidak endure di dalam Tuhan.

Pada saat kita endure, sama seperti Yesus yang juga endure dalam menghadapi pencobaan di padang gurun, kita akan dimenangkan dan lulus, kita akan tahu bagaimana untuk menghadapi situasi atau ujian yang ini, sehingga pada saat dihadapkan oleh situasi yang sama, kita akan tahu bagaimana untuk menang.

Di dalam menghadapi ujian, hal baik yang juga dapat kita lakukan adalah untuk meminta nasihat dan doa dari saudara saudari seiman yang hidup di dalam kebenaran Tuhan, seperti gembala kita atau pemimpin gereja kita. Sama seperti mempelajari past exam paper dalam menghadapi ujian sewaktu kuliah, dengan meminta dukungan nasihat dan doa, beban ujian ini pun dapat lebih bearable dan dapat menguatkan kita, seperti tertulis di Kisah Para Rasul 20:2 “dan dengan banyak nasihat menguatkan hati saudara-saudara di situ”. Pada saat kita tahan ujian kehidupan ini, kita akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.

Biarlah di dalam kehidupan kita, kita boleh selalu bergantung kepada Kristus yang akan memberikan kepada kita jalan keluar, asalkan kita selalu berjaga-jaga, berdoa serta endure dan setia kepada jalan kebenaran Tuhan saja.

Author – Sucipto Prakoso

Building

A great and wise man once called one of his workmen to him saying, “Go into the far country and build for me a house. The decisions of planning and of actual construction will be yours, but remember, I shall come to accept your work for a very special friend of mine.”

And so the workmen departed with a light heart for his field of labor. Material of all kinds was plentiful here, but the workman had a mind of his own. “Surely,’ he thought, “I know my business. I can use a bit of inferior materials here and cheat on my workmanship a little there, and still make the finished work look good. Only I will know that what I have built has weaknesses.”

And so, at last the work was completed and the workman reported back to the great man and wise man. “Very good,” he said. “Now remember that I wanted you to use only the finest materials and craftsmanship inn this house because I wanted to make present of it? My friend, you are the one I had you build it for. It is all yours.”

How much like man. He comes to earth a stranger. He has his free agency. He may build as he likes. But on the morning of his resurrection he will receive what he has built for an eternal home and habitation.

Author – Unknown