Friends: God’s Gift For Us

Disadari atau tidak, setiap dari kita ingin untuk punya sahabat sejati: seseorang yang bisa mengerti kita, seseorang yang siap sedia dan selalu ada waktu kita membutuhkan pertolongan, seseorang yang menerima kita apa adanya, yang selalu mau dengerin kita, yang selalu mau nemenin kita kalau kita butuh teman, dst, dst. Tetapi seperti itukah seorang sahabat sejati? Dulu saya berpikiran demikian, sampai saya bertemu dengan sahabat sejati kita semua, Yesus Kristus.

Saya yakin sedalam-dalamnya kalau Yesus mengerti kita: Dia tahu kalau kita ini terbuat dari debu dan manusia berdosa, Yesus juga selalu siap sedia dan selalu ada waktu kita membutuhkan pertolongan: tangan-Nya tidak terlalu pendek untuk menolong kita, Yesus juga menerima kita apa adanya: Yesus mati bagi kita waktu kita masih berdosa dan jauh dari Dia, Yesus juga selalu ada kalau kita butuh teman: kemanakah kita dapat menjauhi Dia? Ke ujung bumi? Dia ada di sana. Ke dunia orang mati? Dia juga ada di sana. Yesus mengasihi kita semua, dan karena Yesus mengasihi kita semua, Ia juga mau kita menjadi seseorang yang lebih baik dalam karakter kita.

Ada beberapa hal yang saya pelajari melalui Yesus tentang seorang sahabat sejati. Seorang sahabat sejati memberikan teguran kalau kita salah, walaupun itu berarti ada resiko untuk ditolak, untuk didiemin, dsb. Tetapi tegoran itu penting. Ada hal-hal yang saya lakukan atau sikap-sikap saya terhadap sesuatu atau seseorang yang sekarang saya sesali, I wish I’d never done that, I wish I was not like that when that happened. Dan sekarang justru saya berpikir: seandainya dulu ada orang yang menegor saya, yang bilang sikap saya salah, yang kasih tahu saya.

Seorang sahabat sejati kadang perlu menahan diri dari menolong. Ada kalanya kita melakukan kesalahan dan kita perlu menanggung akibat-akibat dari kesalahan kita agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. Dan sahabat sejati akan menahan dirinya untuk menolong kita sampai kita sadar akan kesalahan kita dan tidak mau mengulang lagi.

Sahabat sejati memaafkan. Ada satu hal yang saya pelajari dari Yesus tentang memaafkan. Kadang kesalahan kita membuat hidup kita menjadi amburadul, apa yang kita mau tidak kita miliki, semua yang kelihatannya baik seolah-olah diambil dari kita. Saya percaya kalau Yesus sanggup mengubah situasi apapun, bahkan sanggup untuk memberikan apa yang saya mau karena Dia adalah Allah. Tetapi seringkali saya tahu kalau Dia telah memaafkan saya karena Dia mengajar saya untuk memaafkan diri saya, meninggalkan apa yang sudah terjadi, dan menolong saya untuk menerima kenyataan.

Sahabat sejati mendoakan. Mendoakan sahabat-sahabat kita itu sangat penting. Kalau kita membaca kehidupan Yesus dalam Alkitab, kita melihat Dia berdoa untuk sahabat-sahabat-Nya. Dan saya yakin, setiap kali Yesus berdoa, Dia pasti mendoakan sahabat-sahabat-Nya. Saya belajar, berdoa untuk sahabat-sahabat kita itu tidak hanya waktu mereka dalam masalah, atau waktu mereka butuh pertolongan Tuhan saja. Tetapi juga waktu keadaan mereka baik-baik saja. Saya rasa, waktu kita berdoa buat sahabat-sahabat kita, Allah menambahkan kasih kita untuk mereka dan mempererat persahabatan ini.

Ada banyak hal lain yang saya belajar melalui Yesus tentang persahabatan. Tetapi satu hal ini saya tahu dengan pasti: dasar dari persahabatan kita dengan orang lain haruslah Yesus Kristus itu sendiri. Karena melalui Yesus Kristus kita belajar, pertama-tama, untuk mempunyai seorang sahabat. Kita belajar untuk menjadi rendah hati sehingga kita bisa mendengar tegoran, kita belajar untuk melihat hal-hal yang kita alami dari sudut pandang orang lain, kita belajar untuk menghargai sahabat-sahabat yang Tuhan telah berikan dalam kehidupan kita.

Melalui Yesus kita juga belajar bagaimana menjadi seorang sahabat. Kita tahu bagaimana kita harus menolong karena kita pernah ditolong, kita tahu bagaimana kita harus menegor dengan kasih karena kita pernah ditegor dalam kasih, kita tahu bagaimana harus setia karena Yesus selalu setia kepada kita, kita dapat mengasihi sahabat-sahabat kita karena kita telah lebih dahulu dikasihi.

Akhir kata, bersahabat itu adalah hal yang paling membangun diri kita. Bukalah hati kita untuk persahabatan. Pertama-tama untuk persahabatan dengan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Kemudian, biarkan Dia membawa orang-orang untuk bersahabat dengan kita. Dan nikmatilah hadiah persahabatan yang Tuhan berikan dalam hidup kita ini.

Author – Iin Hendra