Imagine

Bayangkan hidup di tengah padang pasir, di dalam tenda tenda, tanpa listrik, dan tanpa TV. Bayangkan kita lahir di tanah asing, dimana yang ada hanyalah padang pasir, kerja keras, dan chal  lenge challenge hidup lainnya. Pastinya hidup akan sangat susah. Jangankan mencari keran air, mencari sumber mata air saja susah. Apalagi jika kemudian kita harus berpindah-pindah tempat.

Inilah keadaan yang harus dialami oleh Abraham serta orang-orang yang mengikutinya. Mungkin setiap hari mereka harus menghadapi challenges yang ada di dalam kehidupan mereka bersama Tuhan. Mereka harus terus berpindah, mencari air,  menghindari sand storm yang biasanya sering terjadi di padang pasir, tanpa listrik, tanpa toilet dengan flush, dan tanpa TV.

Di dalam Kejadian 14:14 dikatakan bahwa ada 318 orang yang lahir di rumah Abraham. Sekali lagi, jangan bayangkan rumah jaman modern, rumah di jaman Abraham itu adalah tenda yang mungkin saja hanya berisi barang barang yang sangat mereka perlukan untuk survive di tengah-tengah keganasan padang pasir Timur Tengah.

Belum lagi ancaman dari orang-orang yang tinggal di sekitar mereka yang tidak suka dengan mereka. Kita baca sejenak dari Kisah ini

Kejadian 14:14  Ketika Abram mendengar, bahwa anak saudaranya tertawan, maka dikerahkannyalah orang-orangnya yang terlatih, yakni mereka yang lahir di rumahnya, tiga ratus delapan belas orang banyaknya, lalu mengejar musuh sampai ke Dan.

Kejadian 14:15  Dan pada waktu malam berbagilah mereka, ia dan hamba-hambanya itu, untuk melawan musuh; mereka mengalahkan dan mengejar musuh sampai ke Hoba di sebelah utara Damsyik.

Kejadian 14:16  Dibawanyalah kembali segala harta benda itu; juga Lot, anak saudaranya itu, serta harta bendanya dibawanya kembali, demikian juga perempuan-perempuan dan orang-orangnya.

Karena sadar bahwa hidup itu challenging, mereka tidak hanya perlu di“lahir”kan tapi juga perlu di”latih” atau training. Training untuk menghadapi keadaan di padang pasir, training tindakan darurat yang perlu dilakukan pada saat musuh menyerang, dan saya percaya sebagai orang yang lahir di rumah Abraham, mereka juga pasti akan di-training untuk mengenal Allah yang memanggil Abraham. Bayangakan berdoa dan beribadah bersama-sama dengan lebih dari 318 orang yang tinggal di rumahnya. Betapa dahsyatnya pada saat 318 orang berdoa bersama, mengakui bahwa hidup ini hanya bergantung kepada Tuhan saja. It must be so powerful and wonderful.

Dan karena karena ter”latih” inilah, mereka dapat mengalahkan musuh dan menyelamatkan Lot dan keluarnya. Tentunya mereka tidak akan dapat mengalahkan musuh kalau mereka hanya lahir, namun tidak ter”latih” bersama-sama dengan satu tujuan yaitu hidup dengan mengikuti kehendak Tuhan saja. Abraham tahu akan hal ini, karena itu ia melatih mereka.

Bagi saya dan semua dari kita yang sudah lahir di tengah-tengah convenience of the world, kita sangat tidak suka untuk hidup tanpa listrik, TV, air, dan sudah pasti tidak suka yang namanya pindah-pindah rumah. Kita telah lahir di dunia yang begitu memanjakan kita. Karena itu, kita cenderung untuk menjadi egois, menjadi so-called “independent”, dan lupa/tidak sadar bahwa sebenarnya dunia ini tidak terpisahkan dari challenge challenge yang ada dan yang akan ada. Kita lupa bahwa setiap dari kita ini perlu lahir dan dilatih di dalam Tuhan agar kita dapat melewati challenge challenge yang ada.

Kita suka berpikir untuk apa kita repot-repot di”latih”, karena toh dunia dan sekitar kita kelihatannya pasti mempunyai solusi untuk segalanya. Bahwa manusia seems to know the answer for “everything”, namun itulah kesombongan manusia yang menyebabkan kita lupa bahwa kita butuh Tuhan. Bahwa kita perlu di latih untuk kemuliaan nama Tuhan dan agar kita dapat mengalahkan “musuh-musuh” kita, Iblis dan dunia, yang selalu berusaha membawa kita menjauh dari Tuhan, sumber kehidupan.

Sangat menarik bahwa 318 orang itu tidak hanya “lahir”, tapi juga di”latih”. Banyak dari kita hanya mau “lahir” di dalam Tuhan, tapi tidak mau di”latih”, tidak mau dibentuk, dan bahkan memisahkan diri dari perkumpulan orang-orang percaya. Biarlah kita mau “lahir” di dalam Tuhan, biarlah kita mau di”latih” di tengah-tengah orang percaya, agar kita dapat menang atas challenge challenge yang ada dan yang akan ada.

Gereja kita ini, Repliqué , bertujuan tidak hanya agar kita “lahir” di dalam Tuhan, tapi juga me”latih” generasi ini di dalam Tuhan. Reach and Teach the generation for Christ. Tidak lama lagi akan ada Easter Camp, biarlah kita mau di”latih” bersama-sama di dalam retret ini di dalam Tuhan, agar kita beroleh kemenangan hanya di dalam Tuhan.

Author – Sucipto Prakoso