Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” Lukas 9:23
Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.” 1 Korintus 1:18
Saya yakin, kita semua pasti tahu dan pernah melihat salib, atau mungkin ada yang menggantung salib di rumah atau sebagai kalung salib di leher. Tetapi, apakah kita mengerti makna salib yang sesungguhnya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Salib adalah inti/pokok pengajaran Yesus, kekuatan Allah, kata Rasul Paulus.
Survei menunjukkan umumnya hanya di bawah 10% dari para petobat baru yang bertobat pada sebuah KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) yang bisa mempertahankan iman mereka dan bertumbuh menjadi seorang Kristen sejati. Hal ini disebabkan karena yang ditawarkan adalah Injil yang murahan dan penuh kemudahan, bukan Injil yang berisikan salib. Kita mengajak para petobat baru datang kepada Yesus dengan menawarkan bahwa hidup mereka akan menjadi lebih diberkati, mudah dan enak, bila percaya kepada Kristus. Padahal dalam kenyataannya tidak begitu, malah justru dalam mengikut Yesus sering akan lebih sulit dan menderita dari sebelum bertobat.
Salib merupakan dasar dan pembuka jalan dari pengenalan akan Tuhan yang sepenuhnya. Kita hanya bisa memiliki pengenalan Tuhan secara benar bila menerapkan prinsip salib secara terus-menerus, dan hal ini tidak akan pernah berakhir.
Hidup dengan salib akan membawa kita kepada kemenangan demi kemenangan sehingga kerohanian kita bertumbuh dari kemuliaan kepada kemuliaan.
Hidup dengan salib bukanlah memakai kalung atau anting, atau bahkan tattoo salib. Hidup dengan salib adalah:
Hidup dalam persekutuan yang intim dengan ALLAH.
Bersekutu dengan Allah merupakan kehormatan yang Tuhan berikan kepada setipa orang percaya. Kita harus meletakkan hubungan dengan Tuhan sebagai prioritas utama, melebihi hal lainnya. Untuk itu kita harus menyediakan waktu khusus untuk bersekutu denganNya melalui lewat doa dan firman. Banyak orang Kristen yang sudah melayani dan terlibat dalam pelayanan, namun tidak mempunyai waktu khusus untuk bersekutu dengan Tuhan. Mereka memang masih berdoa dan membaca firman, namun dengan waktu sisa dan terburu-buru. Berbagai alasan diutarakan, dari sibuk bekerja, sibuk ini dan itu. Bahkan ada alasannya yang sangat rohani, yaitu sibuk “pelayanan”.
Bagaimana mungkin kita bisa melayani Tuhan dengan benar dan efektif bila kita tidak mempunyai waktu untuk bersekutu denganNya, mendengar isi hatiNya dan kehendakNya?
Hidup dalam penyerahan penuh dan ketaatan total.
Penyerahan dan ketaatan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Semakin kita berserah kepadaNya maka kita akan semakin taat dengan Tuhan. Semakin tinggi tingkat penyerahan kita kepada Tuhan maka semakin banyak sifat dan karakterNya yang terpancar keluar dari hidup kita.
Ada dua pilihan bagi orang yang menghadapi pergumulan/masalah, yaitu mencari/berserah kepada Tuhan, atau melarikan diri dari Tuhan. Bila kita berserah kepada Tuhan maka kita akan mengalami kemenangan. Namun bila kita melarikan diri dari Tuhan dan kembali kepada kehidupan yang lama maka kita akan terhilang.
Hidup dalam penderitaan dan aniaya.
Saat ini ada pengajaran yang mengatakan bahwa bila seseorang mengikut Yesus maka kehidupan akan menjadi mudah, penuh berkat materi dan kita tidak akan menderita, bahkan dikatakan tidak akan pernah sakit/masuk rumah sakit.
Tetapi Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa untuk masuk ke dalam kerajaan Allah kita harus mengalami sengsara (Kis. 14:22).
Yesus berkata bahwa sebagaimana dunia telah menganiaya Dia, maka kitapun akan dianiaya. Salah satu topik kobah di bukit, berbahagaialah orang yang dianiaya karena kebenaran sebab merekalah yang empunya kerajaan Surga? (matius 5:10)
Penderitaan dan aniaya bukan hanya dari luar saja, tetapi juga dari dalam diri sendiri. Karena kalau sebuah kebenaran, kita harus menderita/sakit, “BE IT”, jangan kompromi.
Hidup dalam pengampunan dan kasih.
Tidak ada orang yang dalam hidupnya tidak pernah mengalami sakit hati dan dilukai orang lain. Sebab itu, Yesus mengajarkan kita dalam doa Bapa Kami untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita, Tuhan mengajar kita bukan saja perlu mengampuni musuh bahkan untuk bisa mengasihi musuh. Tindakan pengampunan harus disertai dengan kasih.
Kita sebagai manusia yang berdosa telah diampuni oleh Tuhan, maka seharusnya kita menyadari bahwa kita juga harus bisa mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Yesus memberikan teladan kepada kita tentang pengampunan ketika Ia meminta kepada Bapa untuk mengampuni mereka yang telah menyalibkanNya.
Hidup dalam kerendahan hati dan pengosongan diri.
Selama hidupNya di dunia ini Yesus telah berjalan dalam kerendahan hati dan pengosongan diri (Filipi 2: 6-8). Pada jaman dahulu, kematian melalui salib merupakan cara kematian yang paling hina dari semua hukuman mati lainnya.
Yesus Kristus, Raja dari segala raja rela merendahkan diriNya menjadi serupa dengan manusia dan taat kepada Allah sampai mati di salib.
Salib melambangkan kmatian, kematian terhadap diri sendiri.
Saudaraku, prinsip dunia sangat berbeda dengan prinsip salib. Dunia mengajarkan untuk berebut posisi menjadi yang terbesar dan terkenal, mempromosikan diri kita agar menjadi popular. Tetapi Tuhan mengajarkan prinsip salib dimana untuk menjadi yang terbesar maka kita perlu menjadi yang terkecil.
Author – Pdt. Mindjaja Tani