Nazar, sebagian dari kita tidak tahu artinya, bahkan bertanya: ‘Apa iya itu sebuah kata?’ atau berkata: ‘Itu makanan atau mode terbaru ya!’ Sebagian lagi sok tahu akan artinya J
Ya, nazar memang kata yang tidak umum kita dengar, entah mungkin karena bukan bahasa gaul, atau juga karena sekarang ini memang nazar tidak ada atau tidak dikenal lagi. Tapi kita ingin belajar mengenai nazar.
Menurut KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA:
na·zar n janji (pd diri sendiri) hendak berbuat sesuatu jika maksud tercapai; kaul: ia mempunyai — , kalau anaknya lulus, ia akan mengadakan selamatan;
ber·na·zar v berjanji akan berbuat sesuatu jika maksud tercapai; mengucapkan nazar; mempunyai kaul: ia ~ , kalau anaknya sembuh, hendak bersedekah;
me·na·zar·kan v menjanjikan (dng nazar); menjadikan nazar (kaul)
Dari sisi Firman Tuhan, kata nazar berasal dari kata Ibrani (bahasa aslinya Perjanjian Lama) ‚nazir’ yang berarti: consecrate(d), devote(d), separate(d) (disendirikan, dipisahkan, dikuduskan). Jadi nazar adalah sesuatu yang dipisahkan dan dikhususkan buat Allah. Atau dengan sederhana nazar adalah sebuah janji yang sungguh-sungguh kepada Allah.
Ada sebuah kisah yang menarik didalam Alkitab yang berhubungan dengan nazar. Dalam kitab Kejadian 35:1, Allah berfirman kepada Yakub untuk pergi ke Bethel, dan mendirikan mezbah disana. Kenapa Bethel? Untuk mendapatkan jawabannya kita perlu kembali 22an tahun sebelumnya.
Saat itu Yakub sedang lari untuk menghindari kemarahan Esau kakaknya. Yakub telah mencuri berkat dari ayah mereka Ishak, yang dikhususkan untuk Esau sebagai anak sulung (Kejadian 27:1-46). Meninggalkan Bersyeba, Yakub berjalan menuju Haran tempat Laban, pamannya tinggal. Di tengah perjalanan, ia bermalam di suatu tempat, yang kemudian dinamai Bethel. Disana ia bermimpi. Ia melihat sebuah tangga dimana malaikat Allah turun dan naik antara surga dan bumi. Dan Tuhan berjanji untuk menyertai dia kemanapun dia pergi, dan akan membawa dia kembali dengan selamat (Kejadian 28:10-15).
Mimpi ini membuat Yakub bernazar untuk (Kejadian 28:16-22):
- Menjadikan Tuhan sebagai Allahnya
- Mendirikan rumah Allah
- Mempersembahkan sepersepuluh kepada Tuhan dari apa yang Ia berikan
Untuk 20 tahun kemudian, Yakub tinggal di Haran bersama Laban yang akhirnya menjadi mertuanya. Tuhanpun menepati janjinya, menyertai Yakub selalu, sehingga Yakub berhasil dalam segala yang dikerjakannya (Kejadian 29-30). Dan Tuhan menyelamatkan dia dari tangan Laban yang mengejar dia (Kejadian 31) dan Esau yang menyambutnya (Kejadian 32-33)
Saat dalam Kejadian 35, Yakub telah tinggal beberapa tahun di Kanaan. Dia tinggal di Sikhem tanpa ada maksud untuk kembali ke Bethel dimana Allah telah menampakkan diri kepadanya dan dimana dia membuat nazarnya. Kelihatannya Yakub telah lupa akan semuanya. Itu sebabnya Allah menyuruh dia kembali ke Bethel.
Apa yang dapat kita pelajari dari hal ini.
- Tuhan ingin kita menepati/memenuhi nazar kita. Dia tidak ingin kita bermain-main dengan nazar. ‘Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu.’ (Pengkhotbah 5:3)
- Kita sering lupa akan nazar karena:
- Dibuat pada saat kita terjepit, misalnya saat terbang dengan pesawat dan mengalami turbulensi yang buruk atau kerusakan mesin
- Dibuat saat ada maunya, misalnya saat sedang menunggu visa PR keluar
- Kita juga sering lupa dengan nazar sebab semuanya sudah berjalan lancar. Seperti Yakub, yang sudah mempunyai keluarga yang bahagia dan harta yang banyak. Tetapi Tuhan dengan keras memperingatkan bangsa Israel untuk tidak lupa (Ulangan 8:11-20).
- Kita juga bisa lupa dengan nazar kalau kita membiarkan dunia mempengaruhi kita. Yakub membiarkan dewa-dewa asing ada didalam rumahnya. Itu sebabnya kita harus menjauhkan diri dari ‘dunia’.
- Kalau kita sampai lupa akan nazar kita, kita harus kembali ke ‘asalnya’. Yakub diperintahkan untuk kembali ke Bethel. Demikian juga jemaat di Efesus disuruh kembali kepada kasih yang mula-mula (Wahyu 2:4-5).
- Saat kita kembali ke ‘Bethel’ dan menepati nazar kita, maka berkat yang baru akan melimpah atas kita. Yakub diberikan nama baru dan Allah memperbaharui janjiNya.
Demikian juga dengan kita semua. Tuhan ingin kalau kita bernazar, kita harus menepatinya. Kita pasti pernah bernazar kepada Dia, entah bernazar memberikan sesuatu (uang, materi, waktu dsb.) kepada Dia, atau bernazar membaca/mempelajari FirmanNya, atau bernazar melayani Dia, dsb. Biarlah kita menepati semuanya.
Melihat keharusan/kewajiban yang ada, kadang kita berpikir, kalau begitu lebih baik tidak bernazar. Memang Alkitab memberitahu kita: ‘Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya.’ (Pengkhotbah 5:4). Tetapi ketahuilah, saat kita bernazar dan menepatinya, maka berkatNya yang baru akan dilimpahkan kepada kita. Jadi yang terbaik adalah bernazar dan menepatinya.
Kalau hidup saudara sudah beberapa waktu begitu-begitu saja, inilah saatnya saudara membuat nazar, nazar yang baru. FirmanNya: ‘… dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.’ (Maleakhi 3:10)
Author – Pdt. Mindaja Tani