Rendah Hati Vs. Rendah Diri

Seringkali kita mencampur baur rendah hati dengan rendah diri, sehingga kita tidak yakin dengan tingkah-laku kita. Kita takut mengutarakan pendapat, takut kelihatan beda dengan teman-teman, takut ini, takut itu, karena takut kelihatan sombong.  Bahkan kita takut menyampaikan Injil, karena koq kedengarannya sombong sekali mengatakan keselamatan itu hanya melalui Yesus!

Tanda-tanda diatas itu bukanlah tanda-tanda rendah hati, tapi rendah diri. Rendah diri berfokus pada diri sendiri, bertindak berdasarkan approval orang lain dan bukan berdasarkan conviction, sehingga tindakannya selalu berubah-ubah, selalu tidak yakin dan mempunyai pandangan yang negative terhadap diri sendiri, maupun terhadap orang lain.

Jadi, apakah rendah hati yang sebenarnya? Ada lima hal yang berbicara tentang kerendahan hati:

 

  1. Kerendahan hati dimulai dengan tunduk pada Tuhan.

“Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya” (Mat. 10:24). “Karena itu rendahkanlah dirimu dibawah tangan Tuhan yang kuat, …(1 Pet.5 :6).

Fakta: Tuhan diatas. Kita dibawah. Dia pencipta. Kita ciptaan. Membuka tali kasutNyapun kita tidak layak. Perbedaan antara Tuhan dengan kita adalah tak terbatas. KemuliaanNya, kebesaranNya, kuasaNya, hikmatNya, keadilanNya, kebenaranNYa, kekudusanNya, belas kasihan dan kemurahanNya adalah jauh tinggi diatas kita sejauh langit dan bumi.

Disamping mengetahui fakta tsb dengan otak kita, kita perlu merasakannya di dalam hati kita.  Apakah kesadaran akan siapa Tuhan dan siapa kita membuat kita rendah hati dan tunduk padaNya? Atau kita malah menjadi sombong karena merasa mengetahui hal tersebut? Betapa sulit mendeteksi kesombongan diri sendiri!

 

  1. Kerendahan hati mengetahui, bahwa kita tidak berhak mendapat perlakuan lebih baik daripada perlakuan yang Yesus dapatkan dalam dunia ini.

“Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya” (Mat. 10:25).

“Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya…ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (1 Pet. 2:21-23).

Kerendahan hati tidaklah membalas kejahatan dengan kejahatan, tidak membangun hidupnya diatas ‘hak-hak’ yang dianggap dimilikinya, melainkan rela melepas ‘hak-hak’ ini demi kepentingan orang lain. Seperti Yesus yang rela melepas hakNya sebagai Raja diatas raja untuk datang sebagai manusia kedalam dunia ini demi menyelamatkan orang yang berdosa.

Begitu banyak sengketa dan kemarahan timbul karena kita merasa berhak menerima perlakukan yang lebih baik. George Otis mengatakan, “Jesus never promised His disciples a fair fight.” Kita perlu mengantisipasi perlakuan yang buruk dan tidak menjadi pahit karenanya.  Inilah kerendahan hati. Roma 12:19 memberikan kita kekuatan untuk memikul tugas yang berat ini dengan mengingatkan kita bahwa Tuhan akan memperhitungkan segala hal dan ketidak adilan tidak akan dibiarkanNya.  Kita tidak perlu membela diri kita sendiri. Biarlah Tuhan yang membela kita.

 

  1. Kerendahan hati menyampaikan kebenaran bukan untuk memuaskan ego kita, tapi sebagai pelayanan kepada Tuhan dan kasih kepada sesama.

“Kasih…bersukacita karena kebenaran” (1 Kor. 13:6). “Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang…Jangan takut” (Mat. 10:27-28). “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus” (2 Kor 4:5).

Seringkali kita dituduh arogan kalau menyampaikan kebenaran. Sehingga kita mulai mengadakan kompromi dengan berbagai macam alasan dan akhirnya kehilangan conviction kita didalam Tuhan. Padahal kerendahan hati adalah menyampaikan kebenaran dengan setia berdasarkan kasih terhadap sesama dan pelayanan kepada Tuhan, apapun yang orang katakan.

 

  1. Kerendahan hati adalah kesadaran bahwa segala yang ada pada kita adalah semata-mata karena kasih karunia Allah.

“Dan apakah yang engkau punyai, yang engkau tidak terima?” (1 Kor 4:7)

Segala sesuatu yang ada pada kita adalah pemberian Tuhan, supaya bisa kita gunakan untuk memberkati orang lain, sehingga nama Tuhan dimuliakan. Baik kepandaian, harta benda, kebijaksanaan, rupa yang baik, pelayanan, waktu, bakat, etc, semua adalah pemberian Tuhan. Kita datang ke dunia ini dengan telanjang, dan dengan telanjang pula kita akan tinggalkan.

Semua yang ada pada kita adalah milik Tuhan yang dipinjamkan untuk sementara waktu supaya kita manage sesuai dengan pimpinanNya, untuk menghasilkan jiwa. Sikap hati seperti ini adalah kerendahan hati.

 

  1. Kerendahan hati bukan saja bersedia menerima nasihat dan belajar daripadanya, tapi juga memiliki rasa takut akan Tuhan dan Dia memanggil kita untuk meyakinkan orang.

“…siapa yang mendengarkan nasihat, ia bijak” (Amsal 12:15). “Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang” (2 Kor .5:11).

Kita tidak tahu segala sesuatu. Apa yang kita ketahuipun, tidaklah lengkap. Tapi Tuhan sudah berkenan menyatakan diriNya melalui Kristus dan melalui FirmanNya. Dia ingin supaya kita merendahkan diri kita berdasarkan apa yang Dia sudah nyatakan, dan berpegang teguh pada FirmanNya.

Kerendahan hati bukanlah sesuatu yang bisa kita capai dengan kekuatan sendiri, sehingga kita tidak bisa me’nyombong’kan diri sebagai orang yang sudah berhasil mencapai kerendahan hati. Kerendahan hati adalah gift yang menerima segala sesuatu sebagai gift. Sebagai buah Injil, mengetahui dan merasakan bahwa kita adalah orang berdosa dan bahwa Kristus adalah Juruselamat kita.

So, for the sake of the Truth, and for the glory of God in the world, don’t confuse timid uncertainty with truthful humility!

Author – Alicia Tani